Kamis, 11 Desember 2025

Film Para Perasuk Karya Wregas Bhanuteja Wakili Indonesia, World Premiere dan Berkompetisi di World Cinema Dramatic Competition di Sundance Film Festival 2026

 

Menghadirkan jajaran aktor terkemuka, menjadi 1 dari 10 film internasional yang terpilih dari ribuan kandidat.

Jakarta, 11 Desember 2026 - Kabar bahagia datang dari perfilman Indonesia. Film terbaru penulis & sutradara Wregas Bhanuteja, persembahan Rekata Studio, Para Perasuk resmi mengumumkan akan tayang perdana (world premiere) di Sundance International Film Festival 2026. Para Perasuk juga resmi terpilih masuk dalam WORLD CINEMA DRAMATIC COMPETITION Sundance Film Festival 2026. Dibintangi oleh jajaran A-List generasi saat ini perfilman Indonesia: Angga Yunanda, Maudy Ayunda, Bryan Domani, dan Chicco Kurniawan. Serta menggandeng superstar internasional Anggun, yang melakukan debut untuk film panjang Indonesia. Segera akan tayang di Indonesia.

Setelah sukses dengan Penyalin Cahaya (2021) dan Budi Pekerti (2023), Para Perasuk merupakan film panjang ketiga Wregas Bhanuteja bergenre drama supranatural yang memadukan elemen fantasi, psikologis juga lintas seni. Di film ini, Wregas menulis bersama Alicia Angelina dan Defi Mahendra. Film ini diproduseri oleh Siera Tamihardja, Iman Usman, dan Amalia Rusdi, dan merupakan film ko-produksi Indonesia, Singapura, Prancis, dan Taiwan.

Film Para Perasuk mengikuti kisah Bayu (Angga Yunanda), pemuda yang bertekad menjadi perasuk andal di desanya, Latas. Latas merupakan sebuah desa di pinggiran kota kecil, yang dikenal dengan pesta kerasukan tradisionalnya, sebuah ritual dan menjadi hiburan yang sudah lama diwariskan secara turun-temurun.

Ketika mata air suci tempat para perasuk mencari roh sedang menghadapi ancaman, Bayu bertekad menjadi pemimpin pesta kerasukan untuk penggalangan dana besar-besaran demi bisa menyelamatkan mata air tersebut. Namun, dalam perjalanannya, Bayu menemukan bahwa ambisi saja tidak cukup untuk menjadikannya perasuk sejati, atau untuk menyelamatkan desa yang telah menjadi rumahnya selama ini.

"Kami selalu percaya bahwa cerita Indonesia punya ruang besar untuk berdiri sejajar di panggung dunia. Setelah proses yang panjang, kami bangga mengumumkan bahwa Para Perasuk terpilih sebagai satu dari hanya sepuluh film internasional yang berkompetisi di World Cinema Dramatic Competition Sundance 2026, salah satu section kompetisi paling bergengsi di Sundance yang hanya menampilkan 10 film internasional terpilih dari ribuan kandidat. Kami juga akan melakukan penayangan perdana (world premiere) di sana, sebelum tayang di Indonesia nantinya", ujar produser Iman Usman.

Cerita ini terinspirasi dari eksplorasi Wregas terhadap fenomena tradisi pesta kerasukan yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

"Film ini saya buat dengan maksud untuk membalikkan perspektif di mana biasanya kerasukan dipakai untuk menakut-nakuti. Film ini dihadirkan dengan humanis dan memperlihatkan sisi kemanusiaan dari orang-orang yang terlibat dalam pesta kerasukan. Saya ingin menggambarkan bahwa kerasukan adalah cara untuk meraih kebahagiaan bagi masyarakat setempat, sarana melepas beban dari keseharian. Meskipun setting di film ini bersifat fiktif, namun sebenarnya tradisi kerasukan banyak ditemui di berbagai belahan daerah/bahkan dunia, jadi saya rasa film ini bisa menjadi cerita yang universal dan dapat dinikmati di mana saja," ujar penulis dan sutradara Para Perasuk Wregas Bhanuteja.

Angga Yunanda, yang sebelumnya juga telah bekerja sama dengan Wregas di film Budi Pekerti dan mendapatkan nominasi Piala Citra dalam kolaborasi sebelumnya, dipilih karena ia memiliki disiplin dan komitmen dalam keaktoran yang terus bertumbuh semakin matang. Bagi Wregas, Angga bisa merefleksikan ambisi yang dimiliki Bayu.

"Bekerja sama kembali dengan Wregas dan memerankan karakter baru sebagai Bayu di film Para Perasuk membawa saya ke perjalanan baru dalam mengeksplorasi keaktoran. Di film ini, saya dituntut untuk menampilkan sisi yang sebelumnya belum pernah saya eksplorasi. Berkolaborasi bersama jajaran pemeran lain yang juga memberikan dedikasi mereka untuk menampilkan yang terbaik di film ini adalah pengalaman yang sangat berharga," ujar Angga Yunanda.

Sundance International Film Festival adalah salah satu festival film legendaris di Amerika Serikat yang pertama kali berlangsung pada 1978. Festival film ini merupakan festival film independen terbesar di dunia. Tahun ini, Sundance akan berlangsung pada 22 Januari-1 Februari 2026. Film Para Perasuk terpilih dari total 16.201 film submissions (termasuk 2.579 film panjang internasional) dari 164 negara.

Sebelum terpilih di World Cinema Dramatic Competition Sundance International Film Festival 2026, film Para Perasuk telah mendapatkan penghargaan CJ ENM Award pada ajang Asian Project Market yang menjadi rangkaian Busan International Film Festival (BIFF) 2024.

Di Sundance, Para Perasuk berkompetisi dengan total 9 film lainnya di program World Cinema Dramatic Competition. Sebelumnya, film pendek karya Wregas Bhanuteja, Tak Ada yang Gila di Kota Ini juga pernah berkompetisi di Sundance 2020 di program International Narrative Short Films.

Ikuti terus perkembangan terbaru tentang film Para Perasuk melalui akun Instagram resmi @filmparaperasuk dan @rekatastudio. Tonton film Para Perasuk di bioskop Indonesia segera!


Berikut Teaser Trailer Film Para Perasuk



Wulan Guritno, Shaloom Razade, hingga Hamish Daud Bintangi Film Horor Malam 3 Yasinan, Official Trailer & Poster Dirilis! Membawa Horor Misteri Keluarga Konglomerat Pabrik Gula

 

Film Malam 3 Yasinan tayang mulai 8 Januari 2026 di bioskop Indonesia

Jakarta, 11 Desember 2025 - Helroad Films dan Alkimia Production mempersembahkan film horor terbaru berjudul Malam 3 Yasinan. Menjelang tayangnya film pada 8 Januari 2026 di bioskop Indonesia, Malam 3 Yasinan merilis official trailer yang menampilkan horor misteri keluarga konglomerat pemilik pabrik gula.

Official trailer Malam 3 Yasinan menampilkan intrik keluarga besar Opa Hendra (Piet Pagau). Selepas kematian Sara (Shaloom Razade) yang merupakan kembaran Samira-juga diperankan Shaloom, konflik keluarga besar semakin terkuak.

Selama ini, Opa Hendra ingin menjaga stabilitas keluarga besarnya: "Menjunjung tinggi kebaikan dan merahasiakan semua keburukan adalah yang dipercaya Opa Hendra.

Namun, intrik keluarga besar yang melibatkan pertumpahan darah menguak misteri tentang sesuatu yang sebenarnya terjadi di rumah besar Opa Hendra. Tentang apa yang terjadi pada kematian Sara.

Selain menampilkan visual yang menarik di tengah perkebunan tebu, adegan-adegan di trailer juga menghadirkan teror yang mengintai setiap anggota keluarga. Kini, Sara datang dengan penuh ancaman, bersiap melukai semua yang terlibat dan menutupi kebohongan.

Film Malam 3 Yasinan disutradarai oleh Yannie Sukarya, diproduseri Helfi Kardit, Wulan Guritno, Amanda Gratiana Soekasah, dan Janna Joesoef. Film ini dibintangi oleh Shaloom Razade, Farhan Rasyid, Wulan Guritno, Hamish Daud, Baim Wong, Piet Pagau, Amanda Gratiana Soekasah, Janna Joesoef, Izabel Jahja, Yasmine Aqeela, dan Tien Kadaryono.

Sebelumnya, official poster Malam 3 Yasinan juga sudah dirilis, menampilkan Shaloom Razade yang ditutupi kain renda bermotif bunga. Di poster tersebut, Shaloom menutup matanya, yang juga menandakan ia menampilkan peran sebagai Sara yang tak lagi bernyawa.

"Film Malam 3 Yasinan akan menjadi cerminan tragis tentang bagaimana obsesi pada kesempurnaan justru mengundang kehancuran. Ada dosa keluarga sendiri yang menghantui, dan itu yang akan menjadi sajian misteri dan teror di film ini," ujar produser dan pemeran film Malam 3 Yasinan Wulan Guritno.

"Di film ini saya ingin menghadirkan horor yang menguak dosa besar dari sebuah keluarga besar. Dengan teror supranatural yang tetap menjadi kemasan dan gaya utama di film ini, penonton akan menyaksikan kengerian teror dan drama misteri dari dalam rumah Opa Hendra," ujar sutradara film Malam 3 Yasinan Yannie Sukarya.

Film horor Malam 3 Yasinan akan menawarkan horor yang fresh. Alih-alih mengandalkan horor klenik semata, film ini mengeksplorasi misteri rahasia besar dari sebuah keluarga konglomerat. Perpaduan antara horor supranatural dan misteri keluarga di film ini menawarkan tontonan yang menjanjikan hiburan hingga akhir film. Film Malam 3 Yasinan juga bekerja sama dengan UIC College dan Aghi Narottama dalam menggarap OST dengan me-remake lagu Layu Sebelum Berkembang yang sebelumnya populer dibawakan oleh Tetty Kadi (1985).

Shaloom Razade, yang memerankan karakter kembar Sara dan Samira menuturkan memiliki tantangannya tersendiri. Kedua karakter tersebut memiliki latar belakang sifat yang bertolak belakang.

"Sara adalah karakter yang sangat mudah untuk dicintai, dia sangat berbeda dengan Samira. Tapi, Sara mengalami tragedi di hidupnya. Sementara itu, Samira lebih rebel di rumah keluarga besar yang semuanya serba diatur. Di film ini penonton bakal melihat bagaimana aku memerankan dua karakter yang sangat berbeda dan juga dalam wujud yang berbeda," ujar Shaloom Razade.

Film Malam 3 Yasinan menjadi produksi terbaru dari Alkimia Production yang sebelumnya telah memproduksi omnibus Dilema (2012) dan film panjang I Am Hope (2016). Melalui film terbaru, Alkimia berkomitmen untuk menghadirkan karya yang menghibur bagi penonton Indonesia dan memberikan cerita yang beragam dari berbagai genre.

"Malam 3 Yasinan adalah produksi horor perdana bagi Alkimia Production. Lewat film ini, kami ingin menghadirkan kisah yang dekat ke penonton melalui pesan tentang kebohongan yang disimpan rapat demi martabat, akan mendatangkan akibat buruk, apalagi jika telah mengambil nyawa manusia. Ke depan, kami ingin terus menghadirkan karya-karya inovatif dan mengeksplorasi kekayaan cerita dan ragam genre," ujar produser Amanda Gratiana Sockasah.


Ikuti terus perkembangan terbaru film horor Malam 3 Yasinan melalui akun media sosial resmi Helroad Films dan Alkimia Production.

 Tonton film horor Malam 3 Yasinan mulai 8 Januari 2026 di bioskop Indonesia.

Rabu, 10 Desember 2025

Trailer "Tuhan, Benarkah Kau Mendengarku?"Revalina S. Temat Diuji Saat Mantan Suami dan Istri Barunya Tinggal Serumah

 

Jakarta, 10 Desember 2025 - Paragon Pictures dan Ideosource Entertainment resmi merilis official poster dan trailer film drama religi Tuhan, Benarkah Kau Mendengarku?, karya terbaru sutradara Jay Sukmo. 

Sutradara Jay Sukmo mengatakan, film ‘Tuhan, Benarkah Kau Mendengarku?’ menampilkan perempuan kuat. Cerita dibangun dari pergulatan emosional karakter menghadapi tekanan hidup yang berat.

“Kita ingin memperlihatkan karakter yang kuat. Wanita ketika ditinggalkan tetap punya pilihan untuk bangkit,” ujar Jay Sukmo

Di sisi lain, penulis naskah Utiuts mengatakan, cerita terinspirasi dari ketegaran perempuan menghadapi luka mendalam berulang. Pengalaman ibunya menghadapi rintangan hidup memberi inspirasi utama penulisan naskah. Banyak terinspirasi dari ibu saya sendiri. Ibu saya melalui rintangan hidup tapi tetap maju dan memaafkan,” ujar Utiuts. 

Ia berharap film ini memberi inspirasi bagi penonton. Cerita ini mencerminkan perjuangan perempuan Indonesia menghadapi perlakuan tidak adil keluarga. 

Film diharapkan menjadi ruang reflektif bagi masyarakat memahami kekuatan perempuan. Utamanya, dalam menghadapi tekanan kehidupan.

Produser Robert Ronny mengatakan, kolaborasi terbuka menjadi fondasi pengembangan proyek film Indonesia. Menurutnya, kerjasama lintas perusahaan penting untuk menjangkau pasar internasional. Sebenarnya kita selalu open untuk kolaborasi dengan siapapun. Filmmaking itu tidak bisa dilakukan sendirian,” kata Robert.


Poster dan Trailer Resmi Dirilis - Tayang 29 Januari 2026 di Bioskop

Revalina S Temat turut menyoroti kedalaman karakter yang ia perankan. Sarah berada di titik terendah hidupnya dan harus memilih apakah ia mau bangkit atau tenggelam,” ungkap Revalina.

Memerankan karakter Sarah ini benar-benar menguras energi buat aku. Perjalanan hidupnya enggak mulus. Dari awal sudah diuji, makin tengah makin diuji. Capek fisik dan juga mental, emosionalnya sangat diuji," tutur Revalina

Salah satu adegan yang paling menantang bagi Revalina adalah saat harus beradegan tenggelam di kolam renang menggunakan mukena. Dia membocorkan trik unik di balik layar untuk mendapatkan gambar yang dramatis ujar Revalina

Itu sulit banget. Berenang pakai mukena itu susah tenggelam karena mukenanya ngambang. Akhirnya ditemukan penemuan canggih, aku dikalungin pemberat buat nge-gym. Satu di kanan, satu di kiri, baru bisa turun ke bawah," cerita Revalina sembari tertawa.

Sementara itu, Gunawan Sudrajat yang memerankan Satrio mengaku peran ini cukup sulit karena dia harus berakting sebagai penderita stroke. Aktor senior ini melakukan riset mendalam agar aktingnya terlihat natural.

"Kebetulan Pak Robert memberikan referensi dan memanggil dokter. Saya juga tanya ke teman tentang gejala stroke, fisiknya bagaimana, cara bicaranya seperti apa. Seminggu sebelum syuting saya banyak mempraktikkan itu," jelas Gunawan.

Happy lah ya. Kebetulan sudah lama enggak ketemu. Dulu saya pernah jadi pacar 'emaknya' dia di satu peran. Sekarang ketemu lagi, kita banyak komunikasi biar bonding-nya dapat. Ternyata Reva aslinya bocor (kocak) banget, beda sama image pendiamnya," gurau Gunawan yang disambut tawa Revalina.

Kehadiran Megan Domani sebagai Annisa, istri kedua Satrio, memberikan warna tersendiri. Meski memerankan karakter yang kerap dicap negatif sebagai 'pelakor' (perebut laki orang), Megan berusaha memberikan sudut pandang berbeda.

Tantangannya adalah menemukan kerentanan Annisa dan menghilangkan stereotype istri muda. Walaupun pilihannya mungkin salah, tapi niat dia sebenarnya bukan untuk menyakiti. Di sini Anisa justru banyak belajar dari sosok Sarah tentang keikhlasan," ucap Megan.

Isu 'pelakor' ini juga sempat memancing komentar menarik dari Alex Abbad, pemeran Vijay. Dia mengingatkan agar masyarakat tidak hanya menyalahkan perempuan dalam kasus perselingkuhan. "Jangan cuma perempuannya aja yang disalahin. Kalau lakinya enggak mau, ya enggak kejadian. Harus adil," tegas Alex.

"Film ini adalah refleksi tentang perempuan yang mempertaruhkan harga diri, anaknya, dan masa depannya. Sarah diuji dari segala arah oleh keluarga, lingkungan, bahkan dirinya sendiri," ujar produser Robert Ronny.

Revalina S. Temat turut menyoroti kedalaman karakter yang ia perankan. "Sarah berada di titik terendah hidupnya dan harus memilih apakah ia mau bangkit atau tenggelam. Perjalanannya penuh luka, tetapi juga penuh keberanian. Kisah ini menjadi penguat bagi para perempuan, khususnya para single mother, bahwa mereka tidak pernah berjalan sendirian."

Film ini dibintangi oleh Revalina S. Temat, Gunawan Sudrajat, Megan Domani, Annisa Kaila, Roy Sungkono, Risma Nilawati, Dhawiya Zaida, Daniella Sya, Alex Abbad, Sheila Kusnadi, Venly Arauna, serta Ustadzah Shofwatunnida.

Tuhan, Benarkah Kau Mendengarku? merupakan kolaborasi Indonesia-Malaysia bersama Astro Shaw, dan turut didukung oleh Netzme, KMIF, WOW Multinet Pictures, serta Virtuelines Entertainment.

Tuhan, Benarkah Kau Mendengarku? merupakan kolaborasi Indonesia-Malaysia bersama Astro Shaw, dan turut didukung oleh Netzme, KMIF, WOW Multinet Pictures, serta Virtuelines Entertainment.

Berikut Tailer Film Tuhan, Benarkah kau Mendengarku? 


Sinopsis

Film ini menceritakan perjalanan Sarah, seorang perempuan yang tengah menghadapi fase hidup yang berat. Meski hatinya masih menyimpan luka masa lalu, Sarah tetap berusaha tegar dan menemukan kembali makna kemandirian serta ketenangan hidup.

Cerita semakin emosional ketika Sarah dengan ikhlas membuka pintu rumahnya untuk mantan suaminya, Satrio, dan istri barunya, Annisa, yang sedang mengalami masalah. Keputusan itu ia ambil demi kebaikan bersama, meski secara emosional sangat menguji dirinya. Akankah ia menemumukan arti ketulusan dan memaafkan?

Filmmakers:

1. Jay Sukmo (Sutradara)

2. Robert Ronny (Produser)

3. Prima Taufik (Produser)

4. Utiuts (Penulis) 

5. Ustadzah Shofwatunnida 

Berikut daftar pemain lengkapnya:

° Revalina S. Temat

° Gunawan Sudrajat

° Megan Domani

° Annisa Kaila

° Alex Abbad

° Sheila Kusnadi

° Risma Nilawati

° Roy Sungkono

° Jackie Kezia

° Shezy Idris

° Daniella Sya

° Venly Arauna

° Dhawiya Zaida

Saksikan Tuhan, Benarkah Kau Mendengarku? mulai 29 Januari 2026 di seluruh bioskop Indonesia.

Selasa, 09 Desember 2025

"Mertua Ngeri Kali": Film yang Terlalu Dekat dengan Realita Keluarga Indonesia

 


Jakarta, 9 Desember 2025 - Hidup serumah dengan mertua? Tinggal bareng keluarga besar yang kadang bikin kepala panas, tapi kalau berjauhan satu hari saja langsung kangen? Kalau itu terdengar seperti hidup kamu, film Mertua Ngeri Kali yang dibintangi Bunda Corla akan terasa terlalu relate untukmu.

Film terbaru produksi Im-a-gin-e ini menangkap dinamika keluarga Batak yang ramai, ribut, penuh drama, tapi tetap hangat. Dari omelan tanpa henti sampai pertengkaran yang berulang setiap hari, Semua diramu jadi komedi keluarga yang pasti bikin banyak orang bilang: "Eh ini rumah gue banget."

Keluarga Besar dalam Satu Atap: Resep Kekacauan Setiap Saat

Fenomena tinggal satu atap dengan keluarga besar bukan hal baru di Indonesia. Entah karena ekonomi, tradisi, atau sekadar kenyamanan, banyak pasangan muda akhirnya berbagi rumah dengan orang tua, saudara, sampai sepupu. Dan walaupun selalu ada cerita manis, kita semua tahu: semakin banyak kepala di satu rumah, semakin besar peluang dramanya.

Itulah yang terjadi pada Raja (Dimas Anggara) dan Andara (Naysilla Mirdad). Sebagai pasangan muda, mereka sebenarnya ingin kehidupan rumah tangga yang damai. Tapi sayangnya, mereka tinggal di rumah besar peninggalan ayah Raja, bersama seluruh keluarga besar, dan tentu saja, bersama Donda (Bunda Corla), sang mertua yang paling dominan, paling vokal, dan paling cepat tersinggung.

Antara Karier, Keluarga, dan Mertua

Di tengah kekacauan rumah, Andara juga harus menghadapi dilema lain yang sering dialami perempuan muda masa kini: membagi waktu antara karier dan keluarga.

Sebagai penulis skenario, Andara dikejar deadline setiap hari. Tapi setiap ia mencoba fokus bekerja, ada saja hal yang membuatnya gagal berkonsentrasi, mulai dari suara gaduh rumah akibat Donda dan teman-teman sosialitanya, sampai komentar Donda yang tidak pernah merasa puas.

Di mata Donda, Andara selalu salah. Bekerja dianggap mengabaikan keluarga. Istirahat dianggap malas. Membantu pun masih bisa disalahkan.

Konflik ini menjadi inti dari film: pertarungan antara volue generasi lama dan kebutuhan generasi baru. Bukan hanya tentang mertua yang cerewet, tapi juga tentang perempuan muda yang mencoba bertahan di tengah tuntutan dari dua arah, pekerjaan dan keluarga.

Dan di sinilah film Mertua Ngeri Kali terasa sangat manusiawi. Meski penuh konflik, tetap ada cinta yang menyelip di tengah semua kekacauan itu.

Mertua Ngeri Kali adalah cermin bagi banyak keluarga Indonesia: ramai, ribut, melelahkan, tapi penuh kasih sayang. Saksikan keseruan Raja, Andara, dan Donda mulai 11 Desember 2025 di seluruh bioskop Indonesia Ikuti terus info terbarunya di Instagram @mertuangerikali.film dan @im_a_gin_e.

Senin, 08 Desember 2025

Trailer & Poster Musuh Dalam Selimut Dilepas, Pengkhianatan Paling Kejam Datang dari Orang Terdekat

 

Jakarta, 8 Desember 2025 - Narasi Semesta resmi merilis trailer dan poster film terbaru Musuh Dalam Selimut.

Disutradarai Hadrah Daeng Ratu, film ini menghadirkan cerita tentang pengkhianatan. yang muncul dari lingkar paling dekat mengangkat fenomena yang kerap terjadi di kalangan anak muda dan pasangan pengantin baru masa kini, ketika sosok "teman" justru menjadi ancaman dalam rumah tangga.

Trailer memperlihatkan Gadis (Yasmin Napper) dan Andika (Arbani Yasiz) yang sedang membangun rumah tangga dengan rasa percaya yang tampak kokoh di awal.

Namun kedekatan pertemanan yang masuk ke wilayah personal perlahan menggeser batas, terutama ketika kehadiran Suzy (Megan Domani) semakin sering berada di pusat kehidupan mereka.

Dari hangatnya pertemanan, cerita bergerak menuju ketegangan emosional yang menuntun penonton pada satu pertanyaan besar: apakah kedekatan selalu berarti keamanan?

Hadrah Daeng Ratu menegaskan bahwa Musuh Dalam Selimut tidak berdiri sebagai kisah cinta segitiga konvensional. Menurutnya, penguatan latar karakter dan storytelling tiap tokoh menjadi kunci agar penonton memahami alasan di balik keputusan yang diambil setiap karakter. 

“Background karakter yang kuat menjadi penting agar penonton tahu alasan yang dilakukan oleh mereka. Kisah perselingkuhan bukan hanya sekadar cinta segitiga biasa, tapi menceritakan trauma-trauma yang dihadapi karakter dalam menjalani hidupnya setelah melewati banyak luka,” ujar Hadrah.

Ia menjelaskan, konflik inti film ini dibangun secara bertahap melalui kedekatan pertemanan yang terasa wajar terlebih dahulu. Dari sana, hubungan itu perlahan masuk ke dalam circle kehidupan tokoh utama, menanamkan berbagai informasi yang memantik kecurigaan hingga mendorong pencarian bukti tentang pengkhianatan yang terjadi. 

“Dimulai dari membangun hubungan yang akrab dulu dari sebuah pertemanan, pelan-pelan sahabat itu masuk ke dalam circle kehidupan tokoh utama, membangun banyak planting informasi kecurigaan yang mengarah pada pencarian bukti kebenaran,” katanya. 

Hadrah menambahkan, pada akhirnya penonton akan dibawa pada kejelasan posisi konflik, termasuk siapa yang protagonis dan siapa yang antagonis di penghujung cerita.

Poster resmi yang dirilis bersamaan dengan trailer mempertegas nuansa intim sekaligus mencekam, mengisyaratkan bahwa ancaman terbesar tidak selalu datang dari luar, melainkan bisa bersembunyi di balik kehangatan relasi yang selama ini dipercaya.

Dengan tensi psikologis dan emosi yang dibangun perlahan, Musuh Dalam Selimut menawarkan pengalaman menonton yang lebih berlapis tentang cinta, loyalitas, luka, dan batas pertemanan yang bisa berubah menjadi bencana. 

Film ini dibintangi Yasmin Napper, Arbani Yasiz, dan Megan Domani, dan akan tayang di bioskop mulai 8 Januari 2026.


Berikut Trailer Film Musuh Dalam Selimut



Film "Tinggal Meninggal" Menang Besar di JAFF 2025 5 Indonesian Screen Awards untuk Debut Penyutradaraan Kristo Immanuel

 


Jakarta, 8 Desember 2025 - Film komedi getir dari rumah produksi Imajinari, Tinggal Meninggal (Better Off Dead) kembali membuktikan bahwa film sederhana, jujur, dan absurd juga memiliki tempat dalam sinema Indonesia. Setelah penayangannya di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025 pada 4 Desember 2025, karya debut Kristo Immanuel ini berhasil menyapu bersih lima penghargaan Indonesian Screen Awards pada malam penutupan festival pada Sabtu, 6 Desember 2025.

Film Tinggal Meninggal membawa pulang penghargaan:

° Best Film - Ernest Prakasa & Dipa Andika

° Best Director - Kristo Immanuel

° Best Screenplay - Kristo Immanuel & Jessica Tjiu

° Best Performance - Omara Esteghlal

° Best Editing-Ryan Purwoko

Prestasi ini menandai momen istimewa bagi Imajinari, sekaligus memvalidasi pengakuan publik bahwa Tinggal Meninggal bukan hanya debut yang impresif bagi Kristo Immanuel, namun juga salah satu film Indonesia yang paling unik di tahun 2025.

Kemenangan untuk "Orang-Orang Aneh" di Luar Sana

Dalam pidatonya setelah menerima Best Performance, Omara Esteghlal menyampaikan pesan manis yang juga menjadi surat cintanya untuk karakter Gema. "Aku harap kita semua bisa memberi sorotan lebih banyak untuk karakter-karakter yang canggung, kita dapat lebih. menerima satu sama lain, dan mencintai satu sama lain."

"It's not often that a comedic performance is awarded, but how can we resist such a charismatic tour de force?" merupakan jury statement dari dewan juri Puiyee Leong (Singapura), Amir Muhammad (Indonesia), Antoinette Jadaone (Filipina) saat mengganjar Omara dengan penghargaan tersebut.

Sementara itu, sutradara Kristo Immanuel memberikan ucapan emosional yang penuh rasa syukur setelah menerima penghargaan Best Film. "Terima kasih Imajinari. Terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk menceritakan kisah ini. Aku harap kedepannya akan ada lebih banyak film tentang neurodivergence, tentang loneliness, tentang parenting, dan semoga aku bisa terus membuat film-film yang membahas sesuatu yang serius dengan cara yang tidak serius." Juri yang menghargai film ini dalam kategori Best Film menyatakan: "A satirical take that is both modern and primordial on how humans seek connections with one another."

Kata-kata ini menggambarkan keberanian dan keunikan dari film Tinggal Meninggal, sebuah film yang berbicara tentang kesepian dan keinginan untuk diterima, dibungkus dalam komedi getir yang mengajak penonton untuk tertawa di tengah luka, dan menangis di tengah keanehan masing-masing.

Tinggal Meninggal dihargai lima penghargaan dalam program Indonesian Screen Awards yang diseleksi oleh dewan juri: Amir Muhammad (Produser), Antoinette Jadaone (Sutradara), dan Puiyee Leong (Programmer Festival). Untuk info lebih lanjut mengenai program & penghargaan JAFF 20 dapat mengunjungi media sosial @jaffjogja.


Sebuah Film Tentang Keunikan Kita Semua

Dirilis pada 14 Agustus 2025, Tinggal Meninggal langsung mencuri perhatian publik dan kritikus. Film ini mengikuti kisah Gema (Omara Esteghlal), pemuda canggung yang tiba-tiba menjadi pusat perhatian teman-teman kantornya ketika ayahnya meninggal. Namun saat perhatian itu menghilang, Gema mulai mempertanyakan: "Siapa lagi yang harus meninggal?"

Diproduseri oleh Ernest Prakasa dan Dipa Andika dengan deretan aktor berbakat seperti Omara Esteghlal, Nirina Zubir, Mawar de Jongh, Muhadkly Acho, Ardit Erwandha, Shindy Huang, Mario Caesar, Nada Novia, dan Jared Ali, film ini memperlihatkan bagaimana komedi getir bisa menjadi bahasa untuk membongkar rasa sepi, validasi, dan harapan sosial yang sering kita sembunyikan.

Untuk kalian yang ketinggalan menyaksikan film ini di bioskop atau ingin merasakan kembali pengalaman "dilihat" oleh film Tinggal Meninggal

Film Suka Duka Tawa Mendapat Sambutan Meriah di Closing JAFF 20, Ditambah Antusiasme Tinggi Saat Mendadak Screening Depok, Ajak Penonton Ikut Menertawakan Luka

 

Film Suka Duka Tawa tayang serentak di bioskop mulai 8 Januari 2026

Jakarta, 8 Desember 2025 - Film persembahan BION Studios dan Spasi Moving Image, Suka Duka Tawa menjadi closing film JAFF 2025. Mendapat antusiasme tinggi dari penonton bahkan sejak penjualan tiket yang terjual habis (sold out) pada hari pertama penjualan, Suka Duka Tawa menerima respons positif yang menutup gelaran festival film internasional terbesar Indonesia itu dengan hangat.

Kisah haru Tawa (Rachel Amanda) sebagai komika Stand Up Comedy yang ditinggal Bapaknya, Keset (Teuku Rifnu Wikana)-seorang komedian televisi terkenal, dan harus berjuang berdua bersama sang Ibu (Marissa Anita), mengarahkan Tawa untuk meregulasi trauma dan lukanya lewat panggung Stand Up Comedy. Komedi-komedinya mengalir dari pengalaman personalnya ditinggal sang Bapak, dan menghasilkan tawa paling keras yang datang dari lukanya yang paling dalam.

"Aco gila sih. Skripnya bahaya banget. Enzy lucu, semuanya bagus. Melihat performa mereka, what the fun! Dari berduka sampai tertawa, mix feeling banget," kata aktor, komedian Aming.

"Deskripsi yang tepat nonton filmnya Aco Tenri Suka Duka Tawa bisa dibilang kayak lagi scrolling FYP TikTok, dikasih nangis parah abis itu ketawa lagi. Gitu aja terus selama 2 jam," kata akun X @rifandaputri.

"I've been admiring karya-karya Aco Tenri dari zaman mv, series, film pendek, dan sekarang film layar lebar pertama. Akkk capek banget baru netes nangis, langsung kena punchliner. Indah sekaliii, cerdas, rispek," kata akun X @syafrz.

"Suka Duka Tawa ini menarik banget karena dia ngangkat hal yang jarang disentuh di film komedi. Filmnya kelihatan lucu di depan, tapi di dalemnya kita diajak lihat gimana seorang anak tumbuh dengan ayah yang hilang secara emosional, dan gimana itu ngebentuk cara dia melihat hidup, cinta, bahkan berkarier." kata akun Instagram @reno.muhammad.

Tidak berhenti diputar sebagai Closing Film JAFF 2025, film Suka Duka Tawa juga melanjutkan perjalanannya lewat Mendadak Screening di CGV Depok Mall pada Minggu, 7 Desember 2025. Antusiasme penonton pun sangat tinggi, hingga antrean mengular. Dalam special screening tersebut, penonton juga berkesempatan mendapatkan merchandise eksklusif yang sudah termasuk harga tiket.

Beragam reaksi pun muncul dari para penonton di Mendadak Screening Suka Duka Tawa. Banyak dari para penonton yang merasa dekat dengan film ini dan bisa merasakan berbagai roller coaster emosi. Mulai dari sedih, tertawa, hingga kangen dengan sosok Ibu.

Suka Duka Tawa disutradarai oleh Aco Tenriyagelli, dengan naskah yang ditulis oleh Indriani Agustina. Film ini diproduseri oleh Tersi Eva Ranti dan Ajish Dibyo, dan Ajeng Parameswari sebagai produser eksekutif.

"Di film ini, saya ingin berbicara tentang relasi orangtua dan anak. Ada banyak dari kita yang merasa canggung dan pada akhirnya sulit untuk berkomunikasi dengan orangtua, begitu juga sebaliknya orangtua sulit untuk mengungkapkan perasaan cinta ke anaknya. Dari panggung Stand Up Comedy yang menjadi bagian cerita di filmnya, saya ingin mengajak penonton untuk menertawakan luka, membuat sesuatu yang mengingatkan kembali untuk bisa tertawa bersama dengan keluarga, menjadi sesuatu yang paling berharga," kata penulis dan sutradara Aco Tenriyagelli.

Dalam perjalanan mewujudkan kolaborasi perdana BION Studios bersama Aco, produser eksekutif Ajeng Parameswari menyebutkan pembicaraannya sudah terjadi cukup lama. Tahun ini, ketika akhirnya film Suka Duka Tawa diputar sebagai closing film JAFF 2025, juga menjadi sebuah momen yang monumental.

"Film Suka Duka Tawa adalah cerita yang sangat unik, dan Aco membawa rasa di dalam ceritanya. Sehingga BION Studios memberikan kepercayaan penuh. Dan ketika film ini terpilih sebagai closing film di JAFF, cita-cita dari beberapa tahun lalu itu tercapai," ujar produser eksekutif Ajeng Parameswari.

"Aco adalah sutradara yang sangat terukur. Dia sangat bisa mempertanggung jawabkan bentuk kreatif yang ingin dicapainya," tambah produser Ajish Dibyo.

Rachel Amanda, yang memerankan Tawa di film Suka Duka Tawa adalah kolaborator lama Aco. Ia bahkan turut terlibat di film pendek pertama Aco yang kemudian tayang di JAFF. Bagi Amanda, melihat Aco akhirnya bisa merilis film panjang debutnya memberinya momen emosional.

"Kami tumbuh dan berkarya bersama. Dan ketika berada di momen ini, saat Aco akhirnya merilis film panjang debutnya, itu emosional bagiku. Aco selalu memiliki cerita yang fresh, baru, sekaligus dekat dengan kita, dan dia sebagai pembuatnya secara personal," kata Amanda.

"Di film ini, ada drama keluarganya yang relate dengan banyak orang. Terkadang kita berusaha mendekatkan diri dengan orang lain itu dengan tertawa, meski terkesan aneh dan canggung. Selain keluarga, juga ada cerita tentang pertemanan yang kuat sekali," tambah Amanda.

Marissa Anita, yang memerankan Ibu Cantik, ibu dari Tawa dan menjadi single mom, menuturkan sejak awal ia sudah sangat terkesima dengan ide dan cerita yang dibawa Aco.

"Film ini adalah kombinasi yang 'gila'. Aco bisa memainkan sesuatu yang mendalam tapi dibungkus dengan lucu. Di film Suka Duka Tawa penonton akan dibikin tertawa, mikir, dan menangis saat menontonnya," kata Marissa Anita.

Membawa Dunia Stand Up Comedy

Selain mengeksplorasi tentang relasi orangtua dan anak, Aco juga membawa dunia Stand Up Comedy di film Suka Duka Tawa. Bukan hanya sebagai selipan cerita, tetapi karakternya merupakan seorang komika Stand Up Comedy dan dunianya pun merupakan Stand Up Comedy.

Dalam dekade terakhir, industri Stand Up Comedy di Indonesia semakin dirayakan oleh masyarakat Indonesia. Banyak komika kini juga telah melakukan tur spesial Stand Up Comedy ke berbagai kota di Indonesia. Panggung-panggung Open Mic juga semakin bermunculan.

Aco juga banyak melibatkan para tokoh-tokoh Stand Up Comedy Indonesia. Tak hanya sebatas sebagai kameo, namun juga turut menjadi ansambelnya. Di antaranya adalah Bintang Emon, Arif Brata, dan Gilang Bhaskara, yang menjadi teman dari karakter utama Tawa.

"Selain mengangkat tentang drama keluarga, film ini juga mengangkat tema tentang dunia Stand Up Comedy. Aco sangat mengulik materinya benar-benar detail. Film Suka Duka Tawa menjadi film yang paling realistis dalam menceritakan kisah dari perjuangan seorang komika Stand Up Comedy," ujar Bintang Emon


Catatan Produksi

Judul: Suka Duka Tawa

Produksi: BION Studios & Spasi Moving Image

Sutradara: Aco Tenriyagelli

Penulis: Indriani Agustina

Produser: Tersi Eva Ranti, Ajish Dibyo

Genre: Drama, Komedi, Keluarga

Pemain: Rachel Amanda, Teuku Rifnu Wikana, Marissa Anita, Bintang Emon, Gilang Bhaskara, Arif Brata, Enzy Storia, Myesha Lin, Nazira C. Noer, Mang Saswi, Abdel Achrian.

Film Para Perasuk Karya Wregas Bhanuteja Wakili Indonesia, World Premiere dan Berkompetisi di World Cinema Dramatic Competition di Sundance Film Festival 2026

  Menghadirkan jajaran aktor terkemuka, menjadi 1 dari 10 film internasional yang terpilih dari ribuan kandidat. Jakarta, 11 Desember 2026 -...