Selasa, 24 Juni 2025

Misteri dan Dendam di Masa Lalu, Hingga Sebuah Sekte dan Ritual Keramat Tersaji DalamFilm “NARIK SUKMO”

Jakarta, 24 Juni 2025 - Film terbaru Mesari Pictures & JP Pictures, Narik Sukmo, menggelar Press Screening dan Conference pada hari ini (24/06) di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan. Acara ini menjadi pemutaran perdana film Narik Sukmo bersama para rekan rekan media dan mendapatkan antusias yang sangat baik. Acara Press Screening and Conference ini dihadiri oleh Sutradara, Penulis Novel, Penulis Skenario, dan Produser Narik Sukmo dan juga dihadiri oleh pemain film Narik Sukmo seperti Febby Rastanty, Aliando Syarief, Dea Annisa, Teuku Rifnu Wikana, Kinaryosih, Nugie, Mariam Supraba, Elly Luthan dan Yama Carlos. 

Cerita film Narik Sukmo yang merupakan adaptasi dari novel karya Dewie Sofia berpusat pada karakter seorang mahasiswi bernama Kenar (yang diperankan oleh Febby Rastanty). Kecintaannya pada dunia tari sejak kecil pudar setelah kekasihnya selingkuh dengan mantan sahabatnya yang juga seorang penari. Untuk menghibur Kenar, Ayu (yang diperankan oleh Dea Annisa) mengajak teman baiknya itu untuk berkunjung ke kampung halamannya di Dewa Kelawangin. Kedatangan mereka disambut hujan lebat seolah memberi isyarat pertanda ada sesuatu mengerikan yang akan segera terjadi.

Setibanya di Desa Kelawangin, Kenar kerap bermimpi buruk dikejar oleh sosok hitam legam yang ingin merebut jiwa/sukmanya, dan juga sosok penari yang seolah mengintainya. Karena banyak keanehan dan misteri masa lalu yang terjadi di desa dan melibatkan keluarganya Ayu mengenalkan Kenar pada Dierja (diperankan oleh Aliando Syarief) untuk membantunya menjawab misteri yang pernah terjadi di Desa Kelawangin sepuluh bahkan dua puluh tahun lalu.

Penampilan Febby Rastanty memerankan karakter Kenar mendapat pujian dari eksekutif produser Narik Sukmo, Darmawan Surjadi. Kendati ini adalah produksi film horor pertama Febby Rastanty ia menjelaskan kalau memilih Febby adalah pilihan yang tepat.

“Bicara soal kemampuan akting dari awal saya sudah yakin kalau dia (Febby) bisa menghidupkan karakter Kenar. Jam terbang Febby di dunia akting dan dedikasi dia di dunia seni peran tentu tidak bisa diragukan lagi” jelas Darmawan.

Sementara itu produser Mulyadi JP juga menambahkan jika berakting di genre horor memiliki tantangan tersendiri. Namun hal tersebut nyatanya tidak menjadi penghalang bagi Febby dan aktor sera aktris lain untuk menampilkan akting terbaiknya.

“Yang membedakan film horor dengan film genre lain adalah proses pembuatannya seperti lebih banyak syuting di malam hari dan teknis lainnya. Disini Febby bisa beradaptasi dan total dalam proses syuting. Dia harus belajar menari, melakukan adegan sling tanpa stunt, dia sangat profesional. Begitupun para aktor dan aktris lainnya”.

Banyak tantangan dan hal baru yang harus para pemain film Narik Sukmo jalani saat produksi film ini. Febby Rastanty harus belajar menari tradisional yang gerakannya diciptakan khusus untuk film Narik Sukmo oleh penata gerak senior Elly Luthan yang juga ikut bermain peran dalam film ini. 

“Walaupun aku suka menari, tapi lebih suka tarian modern. Disini aku perlu menari dengan basic gerakan tarian tradisional yang gerakannya memang dibuat khusus untuk film ini” Ujar Febby Rastanty. 

Selain Febby Rastanty, Aliando juga menerima tantangan bermain gamelan untuk karakter Dierja yang ia perankan.

“Kelihatannya gampang, tapi kita tetap harus menyesuaikan tempo ya. Untungnya gue juga suka musik dan ada basic jadi lebih gampang buat mainin itu” pungkas Ali.

Berbeda dengan film horor yang memiliki elemen dan tema penari ataupun tarian lainnya, Narik Sukmo mencoba pendekatan berbeda melalui konflik internal karakter Kenar dengan konflik eksternal masa lalu yang terjadi di desa kelawangin. Konflik perselisihan dari dua kelompok yang memiliki pengaruh besar di desa tersebut berdampak pada perebutan dominasi penuh dengan melegalkan cara cara licik untuk menjatuhkan dan melemahkan kelompok yang lain. 

Sutradara Narik Sukmo, Indra Gunawan, menyampaikan bagaimana film ini relate dengan kondisi saat ini.

“Masyarakat Desa Kelawangin di masa lalu merupakan cerminan masyarakat kita saat ini yang mudah sekali terhasut oleh hoax ataupun fitnah karena politik dan kepentingan kekuasaan. Lewat film ini kami mencoba menyampaikan pesan bahwa akan selalu ada konsekuensi dari setiap tindakan yang kita pilih”

Narik Sukmo adalah film kedua Mesari Pictures dan JP Pictures setelah Bangsal Isolasi. Darmawan Surjadi selaku CEO dari Mesari Pictures berharap jika film ini melebihi sukses film pertama mereka.

“Dengan peningkatan dari berbagai aspek, saya harap Narik Sukmo bisa diterima dan respon yang baik oleh masyarakat. Saya optimis film Narik Sukmo bisa melewati kesuksesan film kami tahun lalu. ” papar Darmawan. 

Mesari Pictures akan segera membuka Advance Ticket Sales di akhir Juli menyambut penayangan luas film ini. 

Film Narik Sukmo akan tayang secara reguler di bioskop mulai 3 Juli 2025.

Minggu, 22 Juni 2025

KARYA KOLABORASI REZA RAHADIAN BERSAMA EMPAT SENIMAN DAN KREATOR TANAH AIR DIPAMERKAN DI ARTJOG 2025

 

Jakarta, 20 Juni 2025 – Eudaimonia, sebuah karya seni instalasi bagian dari program Refleksi Dua Dasarasa Reza Rahadian, dipresentasikan di ArtJog 2025 lewat program Spotlight. Karya seni instalasi ini merupakan karya kolaborasi artistik Reza Rahadian dengan sejumlah seniman dan kreator lintas bidang di tanah air, seperti Davy Linggar (Fotografer dan Videografer), Andra Matin (Arsitek), Garin Nugroho (Sutradara), Siko Setyanto (Koreografer), dan Kasimyn aka Aditya Surya Taruna (Komposer).

Eudaimonia dalam filsafat Yunani kuno bertumpu pada pemenuhan diri melalui tujuan yang bermakna. Bagi seorang aktor, eudaimonia adalah tentang menemukan titik keseimbangan antara keinginan dan kebutuhan, antara karakter laku dan karakter lakon, antara keriuhan dan kesenyapan. Aktor menggunakan tubuh, akal, kreativitas, dan talentanya untuk terus belajar, berproses, bertransformasi, dan berkolaborasi. Dalam perjalanan yang tak pernah usai itu, tubuh menjadi ruang yang terus bergerak dan merasa.

Lewat karya kolaborasi ini, Reza Rahadian tidak hanya menghadirkan sebuah ruang kontemplatif yang personal, tapi juga ruang pengalaman bagi publik untuk meresapi kembali makna proses kreatif dalam hidup dan karya seorang aktor melampaui panggung, kamera, dan layar. “Bagi saya, Eudaimonia menjadi semacam jurnal perasaan dan pemikiran saya dalam bentuk kolaboratif, sebuah proses kontemplasi yang tanpa henti,” ujar Reza Rahadian.

Program Spotlight di ArtJog 2025 merupakan platform baru yang mempertemukan praktik seni rupa dengan berbagai disiplin lain. Melalui pendekatan artistik lintas bidang, program ini mendorong terbentuknya kerja sama yang mengutamakan proses dan pertukaran gagasan.

Inet Leimena, Ketua Program Refleksi Dua Dasarasa Reza Rahadian, menyatakan bahwa Eudaimonia menjadi salah satu cara yang jujur dan personal dalam merayakan perjalanan panjang seorang seniman. “Karya kolaborasi ini memperlihatkan bahwa perayaan tidak harus tentang kemegahan, tapi juga dapat berupa ruang tenang yang penuh makna. Eudaimonia adalah bentuk perayaan yang penuh kerendahan hati, reflektif, dan terbuka untuk dirasakan bersama,” ujar Inet Leimena.

Instalasi Eudaimonia dapat dikunjungi di Jogja National Museum (JNM) selama penyelenggaraan ArtJog 2025, dari 20 Juni hingga 31 Agustus 2025. 



Sabtu, 21 Juni 2025

RAPI FILMS MERILIS TRAILER DAN POSTER KITAB SIJJIN & ILLIYYIN,FILM HOROR TERBARU KARYA HADRAH DAENG RATU

 

mangangkat kisah tentang Sijjin dan Illiyyin, dua kitab yang mencatat amal perbuatan orang-orang durhaka dan orang-orang yang berbakti dan saleh

Jakarta, 20 Juni 2025 – Rapi Films merilis trailer dan poster film horor, Kitab Sijjin & Illiyyin yang rencananya akan tayang di bioskop mulai 17 Juli 2025. Film ini merupakan produksi terbaru Rapi Films bersama Sky Media, Rhaya Flicks, Legacy Pictures, dan Narasi Semesta yang disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu dan diproduseri oleh Gope T. Samtani. Film Kitab Sijjin & Illiyyin menampilkan pemain-pemain seperti 

° Yunita Siregar,

° Dinda Kanyadewi,

° Kawai Labiba,

° Tarra Budiman,

° Sulthan Hamonangan,

° Nai Djenar Maisa Ayu, dan

° David Chalik.

Skenario film Kitab Sijjin & Illiyyin yang ditulis oleh Lele Laila mangangkat kisah tentang Sijjin dan Illiyyin, dua kitab yang mencatat amal perbuatan orang-orang durhaka dan orang-orang yang berbakti dan saleh. Film ini menjadi kolaborasi kedua Rapi Films dengan sutradara Hadrah Daeng Ratu dan penulis Lele Laila. Menurut Hadrah Daeng Ratu, “Yang baru di film ini dan kolaborasi kami adalah cara kami menggambarkan santet sebagai sebagai jalan pilihan yang salah bukan sekadar horor visual. Ada kedalaman emosi dan spiritualitas yang kami gali, terutama dari sudut pandang perempuan yang tersakiti.”

Film Kitab Sijjin & Illiyyin bercerita tentang Yuli (Yunita Siregar) yang tulus dan baik berubah menjadi penuh dendam karena kehilangan rumah, ditinggal mati orang tua, dituduh anak selingkuhan, dan diperlakukan seperti pembantu oleh keluarga Ambar (Djenar Maesa Ayu). Yuli meminta bantuan seorang dukun untuk membalaskan dendamnya dengan menyantet keluarga Ambar, yaitu Laras (Dinda Kanya Dewi), Rudi (Tarra Budiman), Dean (Sulthan Hamonangan), dan Tika (Kawai Labiba). Namun, santet yang disarankan ternyata sangat mematikan. Yuli diharuskan melakukan ritual dalam waktu satu minggu dengan memasukkan nama-nama target santet ke mayat yang baru meninggal. Berhasilkah Yuli membalaskan dendamnya?

Sunil G. Samtani, produser eksekutif film Kitab Sijjin & Illiyyin, juga menyampaikan harapan untuk film ini, “Yang layak ditunggu dari film ini adalah bagaimana teror muncul dari orang terdekat dan dibangun dari emosi yang sangat manusiawi: rasa sakit, dendam, dan harapan akan keadilan. Harapannya, penonton bukan hanya takut, tapi juga merasa terhubung menyaksikan cerita tentang keadilan yang dicari dengan jalan yang gelap akan runtuh dikalahkan oleh kebenaran.”

Jangan lewatkan film Kitab Sijjin dan Illiyyin di bioskop mulai 17 Juli 2025.

Jumat, 20 Juni 2025

Ejen Ali dan Jumbo adalah dua karya animasi yang berbeda, masing-masing memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri.

 


Ejen Ali dan Jumbo adalah dua karya animasi yang berbeda, masing-masing memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Ejen Ali adalah serial animasi mata-mata Malaysia yang berfokus pada petualangan Ali, seorang agen muda yang terikat pada sistem canggih bernama IRIS. Sementara Jumbo adalah film animasi Indonesia yang menceritakan kisah persahabatan antara seorang anak laki-laki dan seekor gajah ajaib. Meskipun keduanya adalah animasi, genre dan target pemirsanya berbeda. Ejen Ali lebih berorientasi pada aksi dan petualangan dengan elemen mata-mata, sementara Jumbo lebih menekankan pada cerita persahabatan dan keluarga dengan sentuhan fantasi.

 "Jumbo" berhasil menjadi film animasi terlaris di Asia Tenggara, sementara "Ejen Ali" dikenal dengan cerita yang kuat dan karakter yang menarik. 

Berikut adalah perbandingan lebih detail antara keduanya:

Ejen Ali:

Genre: Animasi aksi mata-mata.

Fokus: Petualangan agen muda, teknologi canggih (IRIS), dan intrik organisasi mata-mata.

Negara Produksi: Malaysia.

Target Pemirsa: Remaja dan dewasa muda.

Kekuatan: Plot cerita yang menarik, adegan aksi yang menegangkan, karakter yang kuat, dan pesan moral yang dalam. 


Jumbo:

Genre: Animasi petualangan fantasi keluarga.

Fokus: Persahabatan anak laki-laki dan gajah ajaib, petualangan di dunia fantasi, nilai-nilai kekeluargaan.

Negara Produksi: Indonesia.

Target Pemirsa: Anak-anak dan keluarga.

Kekuatan: Cerita yang menyentuh hati, animasi yang indah, karakter yang menggemaskan, dan pesan moral yang universal.

"Jumbo" telah mencetak sejarah sebagai film animasi terlaris di Asia Tenggara, mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh "Mechamato Movie" CNN Indonesia dan menjadi film animasi terlaris kedua di Indonesia, hanya kalah dari "Frozen 2" Warta Ekonomi.

"Jumbo" menawarkan visual yang memukau dan cerita yang menarik, yang berhasil memikat banyak penonton.

"Ejen Ali" memberikan dukungan kepada "Jumbo", menunjukkan apresiasi terhadap kemajuan animasi Indonesia CNN Indonesia.

"Ejen Ali" menyajikan cerita tentang agen rahasia muda yang berjuang untuk melindungi negaranya, dengan elemen aksi, intrik, dan persahabatan yang kuat.

Karakter-karakter dalam "Ejen Ali" memiliki desain yang khas dan mudah diingat, dengan masing-masing agen memiliki kekuatan dan keunikan tersendiri.

"Ejen Ali" membangun dunia yang kaya dengan teknologi canggih dan organisasi rahasia MATA (Meta Advance Tactical Agency), yang menambah daya tarik cerita.

Serial ini juga menyiratkan pesan tentang keberanian, persahabatan, dan pentingnya melindungi negara.

Meskipun berbeda, kedua karya ini memiliki kelebihan masing-masing yang membuatnya layak diapresiasi. "Jumbo" menunjukkan potensi besar animasi Indonesia dalam hal kesuksesan komersial, sementara "Ejen Ali" memberikan cerita yang menarik dan karakter yang kuat, yang menjadikannya serial animasi yang dicintai.


Kesimpulan:

"Jumbo" dan "Ejen Ali" adalah dua film animasi yang berbeda, namun sama-sama memiliki kelebihan dan daya tarik masing-masing. "Jumbo" berhasil menarik perhatian penonton dengan cerita yang mengharukan dan visual yang menarik, sementara "Ejen Ali" dikenal dengan cerita yang kompleks dan karakter yang kuat. Pilihan antara keduanya tergantung pada preferensi pribadi masing-masing penonton.

Kamis, 19 Juni 2025

Jodoh 3 Bujang kisah komedi romantis dengan irisan isu cinta beda status sosial dengan latar budaya Bugis Makassar.

 

Komedi Romantis Jodoh 3 Bujang: Suguhkan Komedi Perjuangan Mencari Jodoh yang Terbentur Budaya dan Tekanan Orangtua Setelah sukses dengan berbagai judul komedi romantis di antaranya Get Married dan Komang, kini Starvision kembali menghadirkan Jodoh 3 Bujang.

Jakarta, 19 Juni 2025 — Starvision, rumah produksi yang selalu sukses dengan komedi romantis seperti waralaba Get Married, hingga hit Lebaran Komang, kini akan kembali dengan judul terbarunya, Jodoh 3 Bujang. Bekerja sama dengan Rhaya Flicks, film komedi romantis Jodoh 3 Bujang diangkat dari kisah nyata yang viral dan pernah jadi dokumenter pendek tentang kisah tiga bujang bersaudara dalam melaksanakan nikah kembar.

Disutradarai Arfan Sabran, ditulis Arfan bersama Erwin Wu dan Alwi Shihab, film Jodoh 3 Bujang diproduseri oleh Chand Parwez Servia dan Futih Aljihadi. Film ini dibintangi di antaranya oleh

° Jourdy Pranata, 

° Aisha Nurra Datau,

° Maizura,

° Christoffer Nelwan,

° Barbie Arzetta,

° Rey Bong,

° Elsa Japasal,

° Arswendy Bening Swara,

° Cut Mini, Nugie,

° Iwan Coy, 

° Zakaribo,

° Le Roy Osmany, 

° Nunu Datau, 

°Musdalifah Basri,

° Arla Ailani,

° Hery Chan, 

° Syamsul, 

° Zulkifli, 

Mengambil latar dari keluarga Bugis-Makassar, Jodoh 3 Bujang menceritakan tiga bujang bersaudara, Fadly (Jourdy Pranata), Kifly (Christoffer Nelwan), dan Ahmad (Rey Bong), yang diminta orangtuanya untuk nikah kembar karena keterbatasan biaya dalam memenuhi tradisi. Namun, calon Fadly tiba-tiba dijodohkan orang tuanya dengan pria yang lebih mapan. Fadly harus menemukan jodoh penggantinya di waktu singkat yang tersisa, atau pernikahan kembar mereka terancam batal!

Film ini akan membawa penonton ke dinamika Fadly dalam menemukan pengganti calon pasangannya dalam waktu singkat. Mulai dari mencoba dating app hingga perjodohan orangtuanya, semua ia lakukan. Namun, mencari jodoh tak semudah itu.

Belum lagi, dengan tekanan sosial dan tradisi yang turut membuat Fadly kian tersudut. Sementara, kedua saudaranya dengan pasangannya, yang sudah lebih siap ikut kegantung pernikahannya, membuat situasi menjadi semakin rumit.

Produser Chand Parwez Servia mengungkapkan film Jodoh 3 Bujang akan memberikan perspektif baru yang memperkaya perfilman Indonesia debuda menghadirkan latar budaya Bugis-Makassar, dalam dinamika permasalahan yang banyak dihadapi oleh anak muda saat ini, yaitu tentang mencari jodoh. Di Indonesia sendiri, menurut data Statista, ada 4,6 juta pengguna dating app pada tahun 2024, sebuah data yang juga dicerminkan di film ini melalui perjuangan Fadly.

“Starvision selalu ingin hadirkan perspektif baru dalam sinema Indonesia. 

Cerita yang kami bawa tak hanya berpusat di Jakarta, namun juga membawa cerita-ceritayang unik dan kuat dari berbagai wilayah di Indonesia. Setelah berhasil membuat penonton Indonesia memiliki kedekatan dengan Komang, yang berlatar budaya Buton dan Bali, kali ini lewat Jodoh 3 Bujang kami ingin menyoroti kisah komedi romantis dengan irisan isu cinta beda status sosial dengan latar budaya Bugis Makassar. Semoga penonton bisa mengambil pelajaran berharga dari yang dialami oleh para karakter di film ini,” kata produser Jodoh 3 Bujang Chand Parwez Servia.

Produser Futih Aljihadi dari Rhaya Flicks menambahkan, salah satu alasan terlibat dalam produksi film ini karena ia meyakini Starvision memiliki rekam jejak yang kuat dalam mengolah cerita-cerita yang punya kelekatan dengan kelokalan.

“Secara rekam jejak, Starvision adalah rumah produksi yang memberikan ruang secara luas untuk cerita-cerita lokal bisa dinikmati oleh penonton Indonesia yang lebih luas. Sebab itu, Rhaya Flicks pun percaya melalui film Jodoh 3 Bujang penonton Indonesia akan kembali merasakan kehangatan dalam balutan komedi romantis yang menjadi ciri khas Starvision. Ini adalah kisah yang akan memberikan kita pandangan baru tentang budaya yang begitu beragam di Indonesia,” ujar produser Jodoh 3 Bujang Futih Aljihadi dari Raya Flicks.

Penulis dan sutradara Arfan Sabran menjelaskan, film Jodoh 3 Bujang ingin menangkap bagaimana realitas kota Makassar saat ini. Bagaimana generasi muda Makassar menghadapi tradisi yang dianut dan dipercayai oleh orangtua mereka, namun juga harus berhadapan dengan realitas kehidupan modern.

“Makassar adalah kota yang dinamis. Industri musik hingga film, semuanya hidup. Namun, di tengah perkembangan dinamis kota Makassar, juga masih ada tradisi yang dianut dan dijalankan. Di film ini, saya ingin memperlihatkan bagaimana pergeseran tradisi tersebut serta dampaknya, baik terhadap generasi yang lebih tua maupun generasi muda sekarang,” kata Arfan Sabran.

Di film ini, dilema tak hanya dihadapi oleh Jourdy Pranata sebagai Fadly. Namun, dinamika dan konflik juga dihadapi oleh karakter lain, seperti Nisa yang diperankan oleh Maizura. Ia, dipaksa harus mengikuti keputusan orangtuanya, saat ada yang datang untuk melamarnya dengan membawa uang panai 500 juta rupiah, sementara Fadly, hanya 50 juta rupiah.

Nisa telah menjalin hubungan pacaran dengan Fadly selama 3 tahun. Namun, karena keduanya berangkat dari latar keluarga yang berbeda status sosial, membuat kisah romansa mereka harus kandas.

“Nisa sebenarnya bukan karakter antagonis. Ia juga menjadi korban pasif dari sistem yang begitu menekan. Karakternya kompleks, dia dituntut untuk terlihat biasa-biasa saja tapi di dalamnya menyimpan luka dan konflik batin. Dan karakter Nisa ini nyata sekali, seperti banyak perempuan di dunia nyata yang tidak bisa memilih jodoh pilihannya sendiri,” ujar Maizura.

Sementara, Jourdy, yang memerankan Fadly, dihadapkan pada tanggung jawab keluarga. Sebagai anak pertama, ia dituntut untuk bisa memenuhi ekspektasi orangtua dan menjadi pelindung bagi kedua adik laki-lakinya.

“Di film ini, akan diperlihatkan bagaimana seorang laki-laki mengalami perubahan yang sangat berarti pada usia tertentu. Secara pribadi, aku sangat tertantang dengan premis film ini, bagaimana tiga saudara mau menikah bersamaan tapi satu saudaranya tiba-tiba jodohnya ditikung. Aku belum pernah lamaran ataupun menikah, jadi itu tantangan juga. Mungkin Jourdy dan Fadly punya kemiripan, sama-sama dalam fase mencari jodoh. Dan film ini jadi lebih menarik bagiku, karena belajar budaya seperti adanya uang panai yang seakan menjadi standar tertentu, yang menurutku jauh dari logikaku. Jadi aku banyak diskusi untuk memahami kultur Bugis-Makassar di film ini,” terang Jourdy Pranata.

Aisha Nurra Datau, yang memerankan Rifa, teman dekat Fadly semasa kuliah dan akhirnya harus berpisah lama dengannya karena melanjutkan pendidikan di Jogja, berada pada situasi yang berbeda dengan Maizura sebagai Nisa. Rifa, dengan statusnya sebagai anak perempuan tunggal Bugis yang sudah lulus S2 dan pernah umrah, justru ‘takut’ jika uang panainya terlalu tinggi dan memberatkan calon jodohnya.

Meski karakter yang diperankan sangat bertolak belakang dengannya, Nurra mencoba memahami Rifa dan berempati dengannya. “Selain dari bahasa dan budaya yang harus dipelajari, karakter Rifa itu sebenarnya sangat berbeda denganku. Jadi aku harus menyelami lebih dalam dan banyak berdiskusi dengan sutradara. Menurut aku film Jodoh 3 Bujang ini selain bawa tradisi tapi ini adalah sebuah film yang mengartikulasikan a fresh pack of idea of womans thinking yang ada di daerah. Baik Rifa maupun Nisa, keduanya menghadapi konflik batin mereka,” kata Aisha Nurra Datau.


Film “Jodoh 3 Bujang” tayang di bioskop mulai 26 Juni 2025! 

Rabu, 18 Juni 2025

Merayakan Keluarga Bersama Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara,Menyentuh Hati Merangkul Orang Tersayang Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara 2025

 


Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara 2025 Persembahan Visinema Studios dan Indonesia Kaya, bekerja sama dengan Ciputra Artpreneur akan pentas mulai 20 Juni–13 Juli 2025. Melalui tata panggung megah, didukung para kreator nomor satu di Indonesia, musikal ini akan mengajak seluruh penonton untuk merayakan makna dan nilai keluarga.

Disutradarai Pasha Prakasa dari cerita karya Arswendo Atmowiloto dengan skenario yang ditulis oleh Yemima Krisantina dan Widya Arifianti, serta komposer Ifa Fachir dan Simhala Avadana, Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara 2025 menghadirkan harmoni sebuah cerita yang tak lekang oleh waktu. Mengajarkan kita tentang kesederhanaan arti sebuah keluarga dari Abah, Emak, Euis, dan Ara. Cristian Imanuell, Billy Gamaliel, dan Chriskevin Adefrid kembali memproduseri pertunjukan panggung ini.

Pada malam Gala Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara 2025 di Ciputra Artpreneur yang dihadiri oleh para figur publik dan keluarga mereka, pertunjukan berlangsung dengan meriah. Banyak dari para tamu undangan yang hadir terharu menyaksikan beberapa bagian cerita, namun juga bersukacita saat para pemain mengajak semua untuk bernyanyi lewat lagu-lagu yang gembira dan koreografi yang bersemangat.

“Indonesia Kaya berharap melalui Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara 2025 ini, penonton bisa menemukan kehangatan keluarga melalui cerita, musik, dan koreografi yang dibawakan di atas panggung. Dengan 30 kali pementasan, semoga akan semakin banyak penikmat seni yang tumbuh dan turut mengapresiasi pertunjukan panggung Indonesia.

Menonton teater bukan sekadar menikmati cerita, melainkan juga menjadi bentuk nyata dukungan terhadap ekosistem seni pertunjukan yang terus berkembang di negeri ini,” ujar Program Manager Indonesia Kaya dan Produser Billy Gamaliel


Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara 2025 menjadi sebuah pentas yang akan membawa selebrasi kejayaan musikal Indonesia tahun ini. Setelah sukses dipentaskan tahun lalu, kini Musikal Keluarga Cemara hadir dengan cerita yang lebih menyentuh, serta tata artistik panggung yang lebih megah. Pasha Prakasa meramu adegan demi adegan menjadi sebuah aksi ikonik dengan lagu-lagu dan koreografi yang mengiringinya. Tak hanya itu, Pasha juga memberikan sentuhan kritis pada isu sosial yang saat ini sedang terjadi di Indonesia melalui sudut pandang keluarga Abah dan Emak, serta para tetangga mereka. Di saat dunia tengah ditelan hiruk-pikuk kesibukan, Pasha memberikan oase kolektivitas keluarga yang tak hanya berarti satu darah, namun juga komunitas yang ada di sekelilingnya menjadi bagian dari keluarga.

“Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara 2025 ini diharapkan dapat menjadi pemantik budaya keluarga Indonesia untuk merayakan liburan ke panggung teater. Lewat cerita yang hangat dan pengalaman menonton yang menyentuh, kami ingin semua orang merasa seperti pulang ke rumah. Keluarga tidak selalu harus hadir dalam ikatan darah seperti orang tua dan anak. Di panggung ini, kami berharap siapa pun yang menonton dapat merasakan makna pulang. Karena itulah, kisah Keluarga Cemara bagi kami akan selalu relevan dan tak lekang oleh waktu,” ujar Produser Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara 2025, Cristian Imanuell.

Simhala Avadana, yang menjadi penulis lirik, komposer, serta pemeran Abah, menambahkan musik yang ada di Musikal Keluarga Cemara tahun ini akan terasa lebih sempurna. Hal ini,disebut Mhala, karena ia bersama Ifa Fachir sebagai komposer, dan Ivan Tangkulung sebagai music director bekerja sama untuk meramu musik di pentas tahun ini dengan peningkatan yang akan membawa kebaruan

“Secara musik, bisa dipastikan di pertunjukan tahun ini akan jauh lebih detail karena ada waktu untuk menyempurnakannya. Penonton yang datang dan menyaksikan, akan mendengarkannya seperti pengalaman menonton untuk pertama kalinya,” kata Simhala Avadana.

Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara 2025 dibintangi diantaranya oleh Taufan Purbo, Simhala Avadana, Andrea Miranda, dan Galabby yang kembali memerankan karakter Abah dan Emak. Sementara Amira Karin, Aisyah Fadhila, Fazka Bahanan, dan Quinn Salman masing-masing akankembali menjadi Euis dan Ara. Namun, bedanya dengan edisi tahunlalu, mereka kini akan berganti duet peran sebagai keluarga.

“Kembali memerankan Emak sebenarnya adalah tantangan, karena sudah setahun berlalu dan kini kembali dipercaya untuk peran ini. Rasanya justru seperti pertama kali bertemudengan para lawan main. Namun, selama prosesnya kami menikmatinya karena rasanya begitu hangat. Dengan formasi keluarga yang berubah, ada perspektif baru yang harus dicocokkan, tapi rasanya tetap sama seperti kembali ke rumah,” kata pemeran Emak,Andrea Miranda. 


Saatnya #KembaliKeKeluarga Lagi! dengan menonton Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara pada 20 Juni–13 Juli 2025 di Ciputra Artpreneur, Jakarta. Tiket dapat dibeli di tiket.com.


“RABI JIWO” Menikahi Mayat Siap Tayang Di Bioskop



Film "Rabi Jiwo" adalah sebuah film horor Indonesia yang tayang di bioskop mulai 26 Juni 2025. 

Mereka mengemas cerita ini dengan pendekatan yang tidak hanya menyeramkan, tetapi juga menyentuh sisi kemanusiaan: tentang obsesi, penolakan, dan konsekuensi dari pilihan gelap yang diambil seseorang.

Cuaca ekstrem di pesisir sempat menantang tim produksi. Aktor Furry Setya bahkan harus mendapatkan perawatan akibat dehidrasi karena intensitas adegan fisik yang tinggi.

Berikut beberapa informasi lengkap tentang film ini:

*Sinopsis*

Film ini menceritakan tentang kisah seorang anak muda bernama Gimin yang nekad mencari bantuan dari dunia tak kasat mata karena hinaan dan penolakan dari keluarga Ningsih, yang merupakan keluarga calon istrinya. Hal ini kemudian memancing teror mengerikan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

*Pemeran*

- Gimin: Raymond J Tungka

- Sriningsih: Syahnaz Sadiqah

- Nyi Suti: Reynavenzka Deyandra

- Gopek: Furry Setya

- Raden Mas Priyo Sumarjo: Tyo Pakusadewo

- Nyi Turah: Varissa Camelia

- Wati: Lisa Mae

- Ki Geseng: Budi Bima

- Raden Ayu Priyo Sumarjo: Sania Velova

- Simbok: Sri Yatun

Film ini diProduseri oleh empat anak muda dari dunia bela diri Tanah Air, yaitu:

- Wahyudi "Beksi" Tejo Sulaksono

- Ali Massae

- Atmi S

- Ical Labarani

Film ini disutradarai oleh Agus H Mawardy, yang sebelumnya dikenal sebagai sutradara film Valentine, Arwah Noni Belanda, dan Bonnie.

Proses pengambilan gambar film ini dilakukan di daerah Blora, Cepu, dan Lasem, Jawa Tengah, dengan dukungan dari pemerintah daerah setempat.

Film ini memiliki durasi 92 menit dan diberi rating 17+, yang berarti tidak cocok untuk penonton di bawah umur 17 tahun

Misteri dan Dendam di Masa Lalu, Hingga Sebuah Sekte dan Ritual Keramat Tersaji DalamFilm “NARIK SUKMO”

Jakarta, 24 Juni 2025 - Film terbaru Mesari Pictures & JP Pictures, Narik Sukmo, menggelar Press Screening dan Conference pada hari ini ...