Sabtu, 30 Agustus 2025

Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Bercerita Tentang Masa Lalu Orangtua yang Belum Banyak Diketahui dan Seberapa jauh mengenal Ayah dan Ibu kita sebenarnya?

Press Conference Film Andai Ibu Tidak Menikah Dengan Ayah


Jakarta, 30 Agustus 2025-Setelah tayang lebih dulu di 22 kota di Indonesia yang disambut dengan meriah dan antusias hingga memunculkan diskusi yang hangat, film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Membawa kisah dari keluarga disfungsional dari sudut pandang ketiga anak perempuan yang merasa tak menemukan kehadiran Ayah di rumah mereka dan harus berjuang bersama Ibunya. Kisahnya dimulai ketika beasiswa kuliah kedokteran Alin (Amanda Rawles) terancam dicabut, ia yang merantau terpaksa kembali ke rumah.

Setelah kembali ke rumah, ia kemudian menyadari bahwa kehidupan keluarganya kini makin susah, sementara Ayahnya (Bucek) jarang ada di rumah. Adik (Nayla Purnama) dan Kakaknya (Eva Celia) juga harus menanggung banyak beban hingga mengorbankan diri dan mimpi-mimpi mereka. Alin juga tanpa sengaja menemukan buku harian milik Ibunya (Sha Ine Febriyanti). Isi buku tersebut penuh dengan memori masa mudanya, termasuk mimpi-mimpinya. Ini membuat Alin bertanya-tanya, andai Ibu tidak menikah dengan Ayah, akankah hidup Ibunya lebih bahagia? Pertanyaan itu pun membuat Alin berpikir apakah Irfan (Indian Akbar), pasangannya, adalah pasangan yang tepat untuk dirinya? 

Kisah ketiga perempuan bersaudara tersebut tersaji dengan penuh emosional, yang juga memperlihatkan perjuangan dari Ibunya yang sekuat tenaga menyimpan kelemahannya sendiri tanpa ketiga anaknya tahu. Sementara itu, perlahan film ini juga membawa kita untuk ikut berefleksi tentang keluarga yang kita miliki. Sudah cukup kenalkah kita dengan orangtua kita, termasuk masa lalu mereka? 

Kilasan-kilasan masa lalu dari Ibu di film ini juga memberikan kita ruang untuk lebih berempati terhadap Ibu kita, dan perjuangan yang telah dilaluinya atas pilihan-pilihan dalam hidupnya. Sutradara Kuntz Agus mengarahkan para pemeran di film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah penuh kesabaran, sehingga menuntun para bintang mampu menyampaikan kedalaman emosi dan kepahitan hidup yang dilalui. 

Dibintangi di antaranya oleh
° Amanda Rawles, 
° Sha Ine Febriyanti, 
° Eva Celia,
° Nayla Purnama,
° Bucek,
° Ariyo Wahab, dan
° Indian Akbar, 

Film ini memberikan kekuatan tema yang segar dan berani di perfilman Indonesia, dengan kematangan para jajaran ansambelnya untuk menghasilkan kekuatan rasa yang muncul saat menontonnya. 

° Ditulis oleh Evelyn Afnilia 
° Ide ceritanya, 
° DiProduksi oleh Rapi Films, bekerja sama dengan Screenplay Films, Legacy Pictures, dan Vortera Studios, dengan
° Produser Sunil Samtani dan 
° Produser Eksekutif  Wicky V. Olindo

Produser  Film Andai Ibu Tidak Menikah Dengan Ayah Sunil Samtani 


"Pelajaran-pelajaran yang ada di film ini adalah menjadi pengingat untuk kita semua, untuk lebih bisa memahami orangtua kita. Bahwa mereka juga memiliki masa lalu, dan bagaimana film ini juga berupaya untuk menumbuhkan empati. Semoga film ini juga menjadi pemantik diskusi yang hangat antara anak dan orangtua," ujar produser eksekutif Sunil Samtani

Bagi Amanda Rawles, salah satu adegan paling menantang di film ini adalah saat ada adegan berantem yang melibatkan banyak pemeran. Menurutnya, saat adegan ini diambil, secara teknis cukup kompleks. Para pemain harus selaras dengan pergerakan kamera dan membuatnya menjadi sejalan dengan emosi karakter. 

Amanda juga berefleksi terhadap karakternya, Alin, yang menurutnya cukup konfrontatif di ceritanya. Berbeda dengan dirinya secara personal. Salah satu tantangan Amanda yang lain adalah memahami karakter Alin. "Ada banyak pertanyaan tentang Alin, tentang pilihan-pilihan hidupnya, itu salah satu tantangan aku, untuk bisa mengerti kenapa Alin memilih hal-hal tersebut dan memiliki sikap demikian ke Ayah dan Ibunya, serta pilihannya. Memahami Alin itu justru yang menantang bagiku. Meski Alin dan Amanda cukup dekat tapi keduanya adalah orang yang berbeda, sehingga ada pertentangan di situ. Namun, Mas Kuntz sangat membantu dan penuh sabar menuntun aku untuk mengerti Alin," cerita Amanda Rawles. 

Sementara itu, Eva Celia yang memerankan Anis, sebagai anak pertama dan kakak dari Alin mengutarakan salah satu tantangannya adalah menghidupkan cerita dan naskahnya, alih-alih sekadar karakternya. Salah satu metode yang ia lakukan adalah dengan membaca naskah berulang-ulang pada saat tahap awal. Di film ini, Eva pun punya pemaknaan tentang relasi keluarga. "Zaman sekarang sudah berubah dalam perihal dinamika keluarga. Anak itu butuh kehadiran dari kedua orangtua, baik Ayah maupun Ibu. Bukan hanya secara fisik, namun juga secara emosional. Di film ini aku belajar bahwa keterlibatan emosional orangtua menjadi penting," ungkap Eva Celia

Sutradara Kuntz Agus berharap, film ini bisa menuntun penonton untuk lebih bisa mengenal siapa Ayah dan Ibu kita sebenarnya. "Setelah menonton, semoga bisa membantu kita memulai percakapan di dalam keluarga," tutup sutradara Kuntz Agus.

Tonton film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah di bioskop mulai 4 September 2025.

Jumat, 29 Agustus 2025

Rumah produksi Holofa Pictures mempersembahkan karya terbaru lewat film berjudul Agape: The Unconditional Love.

 


film Agape: The Unconditional Love jadi film yang sangat berbeda, lantaran menyajikan cerita yang jarang diangkat oleh pihak lain. "Agape beda dengan yang lain, cerita tentang caregiver belum banyak diangkat. Ini momen yang pas untuk mengangkat judul Agape, merawat orang terkasih tanpa pamrih. Itulah yang jadi kekuatan dalam film ini," ungkap Michael Lumban Tobing

Pembuatan film tak memakan banyak waktu, hanya sekitar dua pekan. "Prosesnya 15 hari, 85 persen di rumah sakit, riil di Bogor. Tiga hari (syuting) di luar. Prosesnya cepat karena cast-nya bagus-bagus," ungkap Arie Azis.

"Adik sama, mama saya, papa saya, jadi saya merasakan jadi caregiver itu berat sekali dan memang ya Agape ini mewakili banget perasaan seorang caregiver yang mesti ngilangin egonya, ngilangin ketidaksabarannya," betapa sulitnya menghadapi kondisi orang yang sakit, terlebih ketika mereka tidak mudah memahami maksud baik dari orang yang merawat."Karena sering banget yang sakit itu nggak mau ngerti bahasa kita yang nemenin juga setengah mati susah dan sedihnya melihat mereka seperti itu,mungkin karena pengalaman pribadi juga, jadi ya sangat ngena pengorbanan ini" ujar Meriam Bellina

° Produksi Perdana HoLoFa Pictures

° Produser Michael Lumbang Tobing

° Sutradara Arie Azis

° Skenario: Titien Wattimena , Beta Ingrid Ayu

Para Pemain:

° Sarah Beatrix (Kira)

° Pangeran Lantang (Gino)

° Rania Putisari (Gigi)

° Maudy Koesnaedi (Sania)

° Meriam Bellina (Martha)

° Tyo Pakusadewo (Yosua)

° Samuel Rizal (Bimo)

° Tanta Ginting (Daffa)

° Rendy Kjaernett (Markus)

° Chika Waode (Chika)

° Dwi Yan (Masinton)

° Dewi Yull (Dr. Pujiati)

° Maudy Wilhelmina (Tante Amel)

° Tutie Kirana (Prof. Astuti)

° TJ Ruth (Bu Riri)

° Samuel Tobing (Sam)


Sinopsis

Film ini berkisah tentang delapan orang dari latar belakang berbeda bertemu di rumah sakit. Sania (Maudy Koesnaedi), ibu tunggal yang berjuang demi putrinya Kira (Sarah Beatrix) yang sakit leukemia.

Lalu Gigi (Rania Putrisari) dan Gino (Pangeran Lantang), kakak beradik yatim piatu yang saling menjaga. Kemudian Daffa (Tanta Ginting) dan Bimo (Samuel Rizal) dua sahabat yang diuji oleh sakit dan pengorbanan. Dan juga Yosua (Tyo Pakoesadewo) dan Martha (Meriam Bellina), pasangan lansia dengan cinta yang diuji waktu. 

Mereka semua terhubung lewat luka, harapan, dan cinta. Di tengah konflik keluarga, ketakutan, dan salah paham, nyanyian tulus dari Gino menjadi titik balik yang menyatukan mereka.

4 kisah perjuangan para tokoh dipertemukan di Rumah Sakit. Mereka harus menyelesaikan pergumulan yg mereka hadapi dengan harapan, keyakinan, dan usaha masing-masing. Kira yg dirawat di RS karena leukemia. Ibunya, Sania, siang hari menjadi driver ojol, malam resepsionis karaoke plus-plus. Gigi menderita sakit jantung bawaan. Dijaga adiknya, Gino, yg memupus cita-cita menjadi penyanyi lewat idol TV. Daffa, bos kafe, ginjalnya parah. Sahabatnya, Bimo, kelabakan. Yosua, suami sinis. Diabet. Istrinya, Martha,  telaten merawat. Anak mereka, Markus. Mantan sekuriti Masinton  dimensia selalu datang ke kantin. Kehidupan mereka berkelindan



Tayang di Bioskop Mulai 4 September 2025

Rabu, 27 Agustus 2025

Cerita Rakyat Malin Kundang Yang Diceritakan Kembali Dalam Dunia Modern Produksi Terbaru Joko Anwar Merilis Teaser Poster & Teaser Trailer

 

Tayang 27 November 2025 di Bioskop Dibintangi Rio Dewanto, Faradina Mufti, dan Vonny Anggraini.

Jakarta, 27 Agustus 2025—Setelah sukses dengan Pengepungan di Bukit Duri (2025) dan Siksa Kubur (2024), Come and See Pictures hadir dengan produksi terbaru mereka Legenda Kelam Malin Kundang yang dibintangi Rio Dewanto dan Faradina Mufti. Film ini merupakan fim panjang pertama dari dua sutradara muda berbakat Rafki Hidayat dan Kevin Rahardjo dan akan tayang di bioskop pada 27 November 2025.

Malin Kundang adalah nama terkenal dari cerita rakyat yang dekat dengan masyarakat Indonesia tentang seorang anak yang merantau untuk memperbaiki nasib dirinya dan ibunya, namun setelah sukses dan kaya menolak mengakui ibunya.

Kisah yang tersaji dalam film Legenda Kelam Malin Kundang adalah adaptasi modern dari legenda ikonik ini lewat skenario yang ditulis oleh Joko Anwar, Aline Djayasukmana, dan Rafki Hidayat. Dalam official teaser trailer Legenda Kelam Malin Kundang, kisah dimulai ketika seorang anak (Sulthan Hamonangan) pergi merantau ke kota, meninggalkan ibunya. Ia berjanji, kelak ketika punya uang akan mengirim untuk Ibunya, dan saat waktunya tepat, ia akan menjemput Ibunya untuk ikut pindah.

Hingga akhirnya, anak itu telah memasuki kehidupan dewasa (diperankan Rio Dewanto). Ia punya keluarga yang harmonis. Menjalani kehidupan rumah tangganya dengan bahagia bersama sang istri (Faradina Mufti) dan satu anaknya. Hingga suatu hari, seorang perempuan yang mengaku sebagai ibunya datang ke rumahnya.

“Ini Ibu kamu,” kata istrinya.

“Tapi aku sama sekali nggak ingat muka Ibuku bagaimana..” kata laki-laki itu yang diperankan Rio Dewanto.

Dengan scoring yang mendebarkan, official teaser trailer menuntun Rio Dewanto merencanakan sesuatu, menelusuri tempat-tempat tersembunyi di Jakarta,memeriksa kode-kode yang terselip di dalam catatannya, entah untuk apa.

Diproduseri oleh Joko Anwar dan Tia Hasibuan, Legenda Kelam Malin Kundang dikerjakan oleh tim yang membuat Pengabdi Setan, Pengepungan di Bukit Duri dan Siksa Kubur yang menjanjikan kualitas sinematik yang telah menjadi trademark mereka.

“Kami ingin menyegarkan kembali ingatan masyarakat tentang kisah-kisah legenda

yang sangat dekat dengan masyarakat. Adaptasi ini kami harap bisa membuat cerita rakyat tetap hidup dan relevan bagi orang Indonesia,” ujar produser Legenda Kelam Malin Kundang Joko Anwar.

Film dengan genre drama misteri ini diproduksi oleh Come and See Pictures, bekerja sama dengan Rapi Films dan Legacy Pictures, dengan Barunson E&A sebagai world sales agent.

Tonton film Legenda Kelam Malin Kundang Tanggal 27 November 2025

Tumbal Darah Tayang 23 Oktober 2025 Horor Terbaru dari Charles Gozali

 


Jakarta, 27 Agustus 2025 – Setelah sukses dengan Qodrat 2 yang ditonton lebih dari 2,2 juta penonton, sutradara Charles Gozali kembali dengan horor terbaru di bawah naungan rumah produksi MAGMA Entertainment, Wahana Kreator, Sinemaku Pictures, VIRTUELINES Entertainment, CARAVAN Studio, DUNIA MENCEKAM Studios, VMS Studio, PK Films, dan Samara Group. berjudul Tumbal Darah. 

Berbeda dari horor biasanya, Tumbal Darah menyatukan horor, thriller, dan action dalam satu paket mendebarkan. Film ini membawa penonton ke dalam kisah mencekam, ketika pilihan hidup dan mati menjadi taruhan yang sangat nyata. “Bagi saya, horor bukan sekadar menakut-nakuti dengan hal supernatural. Lewat Tumbal Darah, selain menghadirkan horor berbeda lewat human struggling yang kita hadapi sehari-hari, saya ingin penonton juga tersentuh oleh perjuangan karakter-karakter utama yang penuh pengorbanan,” kata sutradara Charles Gozali.

Cerita berpusat pada Jefri (Marthino Lio), seorang penagih utang yang berjuang demi istrinya, Ella (Sallum Ratu Ke), dan bayi yang ada dalam kandungan. Setelah kecelakaan menimpa Ella, Jefri berusaha mencari pertolongan medis di tengah keterbatasan ekonomi. Namun, upaya itu justru menyeret mereka ke sebuah klinik bersalin yang ternyata menjadi tempat persembahan setan. Dari sinilah perjuangan Jefri dan Ella berubah menjadi mimpi buruk penuh darah dan keputusasaan.

Tumbal Darah pertama kali diputar di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024 dengan penayangan fullhouse. Sejak debutnya, film ini menuai banyak pujian karena mampu menghadirkan ketegangan tanpa jeda, membuat penonton festival terpaku sepanjang durasi.

Selain Marthino Lio dan Sallum Ratu Ke, film ini juga dibintangi oleh Donny Alamsyah, Agla Artalidia, Aksara Dena, Rania Putrisari, Epy Kusnandar, Leo Maitimu, Salsabila Zahra, Rowiena Umboh, Mikayla Hikaru, Veronika Twns, Valerie Twns, Quinnsha Alexandria Kimy, dan Quinnta Bian Kimy.

Tumbal Darah menjadi kolaborasi perdana tiga rumah produksi, memadukan horor aksi intens standar tinggi ala Charles Gozali khas Magma Entertainment, mengeksplorasi komentar sosial ala Wahana Kreator, dan drama emosional yang menjadi ciri Sinemaku Pictures. 

Film ini diiproduseri oleh Linda Gozali bersama Salman Aristo, dengan jajaran eksekutif produser termasuk Prilly Latuconsina, Umay Shahab, Tony Ramesh dan Deddy Corbuzier, Tumbal Darah menjadi salah satu rilisan horor paling ditunggu tahun 2025.

Sebuah horor-thriller penuh darah dan aksi mendebarkan, siap membuat penonton bertanya: “Apakah ada jalan keluar selain menumbalkan bayinya?”

Film ini akan menghantui layar bioskop Indonesia mulai 23 Oktober 2025, menghadirkan teror yang memicu adrenalin, penuh aksi, dan berdarah-darah

Selasa, 26 Agustus 2025

FILM RANGGA & CINTA TAYANG PERDANA DI BUSAN INTERNATIONAL FILM FESTIVAL 2025

 

Jakarta, 26 Agustus 2025 – Film Rangga & Cinta karya sutradara Riri Riza, produksi Miles Films, resmi terseleksi dan akan melakukan Pemutaran Perdana Dunia, atau World Premiere, di Festival Film Internasional Busan ke-30, Korea Selatan.

Festival Film Internasional Busan adalah festival film terbesar Asia yang diadakan setiap tahun di kota Busan, Korea Selatan, menampilkan beragam film internasional, termasuk pemutaran perdana dunia. Festival ini akan diadakan pada tanggal 17–26 September 2025, dan Pemutaran Perdana Dunia film Rangga & Cinta akan berlangsung pada tanggal 18 September 2025. 

Film Rangga & Cinta yang akan menjadi bagian dari A Window on Asian Cinema, program yang menampilkan beragam gaya dan visi sinema Asia melalui karya piawai dari para pembuat film ternama dan talenta-talenta baru, yang menangkap semangat perfilman Asia kontemporer.

“Senang sekali Rangga & Cinta resmi terseleksi untuk menjadi bagian dari Busan International Film Festival yang ke-30 ini, apalagi film ini menampilkan sederetan aktor muda pendatang baru. Leya Princy (Cinta) dan El Putra Sarira (Rangga) akan hadir untuk Pemutaran Perdana Dunia film Rangga & Cinta di Busan, bersama sutradara Riri Riza, untuk memperkenalkan debut layar lebar mereka di hadapan penonton film internasional,” ujar produser Mira Lesmana.

Sutradara Riri Riza juga menambahkan, “Festival Film Internasional Busan selalu menjadi ruang penting untuk sinema Asia. Lewat festival ini, kami perkenalkan kembali kisah Rangga dan Cinta dari film Ada Apa Dengan Cinta? dengan wajah-wajah baru yang merepresentasikan energi muda perfilman kita. Seperti cinta yang terus menemukan bentuk barunya, sinema pun membutuhkan regenerasi agar tetap bernyawa lintas generasi. Selalu senang bisa memberikan sesuatu yang baru bagi penonton film internasional dan berkontribusi untuk keragaman sinema Asia.”

Film Rangga & Cinta diproduseri oleh Mira Lesmana, Nicholas Saputra, dan Toto Prasetyanto. Skenarionya ditulis ulang oleh Mira Lesmana bersama Titien Wattimena. Film ini menampilkan Leya Princy yang berperan sebagai Cinta, El Putra Sarira sebagai Rangga, Jasmine Nadya sebagai Alya, Kyandra Sembel sebagai Maura, Katyana Mawira sebagai Milly, Daniella Tumiwa sebagai Karmen, Rafly Altama sebagai Mamet, serta Rafi Sudirman sebagai Borne.

Film Tukar Takdir Merilis Official Teaser Trailer & Poster Eksklusif Nicholas Saputra Selamat dari Drama Petaka Pesawat

 

Film Tukar Takdir tayang 2 Oktober 2025 di bioskop.

Jakarta, 25 Agustus 2025—Setelah merilis official poster 1 yang menampilkan Nicholas Saputra, Marsha Timothy, dan Adhisty Zara, film drama petaka pesawat Tukar Takdir persembahan Starvision dan Cinesurya merilis official teaser trailer. Film arahan sutradara Mouly Surya ini merupakan adaptasi dari buku best seller karya Valiant Budi.

Sebelumnya, official poster 1 Tukar Takdir mendapat respons positif dan antusiasme tinggi. Warganet banyak yang penasaran saat Nicholas Saputra dan Marsha Timothy beradu peran dalam judul yang sama. Selain itu, warganet juga banyak yang menanti peran Adhisty Zara di film ini.

Pada official teaser trailer Tukar Takdir yang dirilis, kisah yang menarik sekaligus menegangkan pun disuguhkan. Penerbangan Jakarta Airways 79 hilang kontak. Ketika ditemukan, Rawa (Nicholas Saputra) adalah satu-satunya penumpang yang selamat, membawa pulang luka-luka dan trauma.

Selain menjadi saksi dalam investigasi jatuhnya pesawat, Rawa juga menjadi penyambung duka maupun amarah putri tunggal dari pilot, Zahra (Adhisty Zara)dan istri dari salah satu penumpang, Dita (Marsha Timothy) yang mempertanyakan kenapa yang selamat bukan suaminya?

Official teaser trailer juga menunjukkan kedekatan Nicholas Saputra dengan Adhisty Zara. Terlihat Rawa memberikan penguatan pada Zahra, anak dari pilot pesawat Jakarta Airways 79. Saat Rawa memeluk Zahra, dan Zahra bersandar pada Rawa,juga memberi petunjuk hubungan romansa yang terjalin di antara keduanya.

Namun, pada bagian akhir, Rawa juga terlihat memberikan perhatiannya pada Dita,yang suaminya menjadi korban di pesawat tersebut. Rawa mengusap air mata Dita ketika keduanya berdua di dalam mobil.

Menjadi produksi bersama Starvision dan Cinesurya, Tukar Takdir juga didukung oleh Legacy Pictures. Film ini diproduseri oleh di antaranya Chand Parwez Servia dan Rama Adi. Selain Nicholas Saputra, Adhisty Zara, dan Marsha Timothy, film ini turut dibintangi di antaranya oleh Meriam Bellina, Marcella Zalianty, Hannah Al Rashid, Teddy Syach, Tora Sudiro, Ringgo Agus Rahman, Devi Permatasari, Ariyo Wahab, Roy Sungkono, Revaldo, Bagus Ade Saputra, dan Ayez Kassar.

Film Tukar Takdir juga akan membawa kisah yang sangat relevan dengan isu sosial masyarakat Indonesia. Ketika saat ini juga banyak antusiasme orang yang ingin bepergian baik untuk berlibur maupun bekerja, sehingga pesawat low-cost carrier(LCC) menjadi pilihan, namun juga tidak sedikit yang mengeluhkan berbagai kekurangannya. Film ini akan memberikan refleksi tentang apa yang terjadi dikehidupan sosial kita saat ini, secara spesifik lewat dunia penerbangan. Pesawat memang menjadi salah satu transportasi yang aman, namun perlu diingat bahwa musibah bisa menimpa siapa saja.

“Film Tukar Takdir akan menghadirkan kisah yang penuh luka, menegangkan,namun juga menyegarkan untuk perfilman Indonesia. Menghadirkan drama petaka pesawat yang masih jarang dieksplorasi oleh sineas kita. Mouly Surya dengan baik mampu menampilkan spektrum drama dalam sebuah insiden yang akan mengguncang batin kita, dan tentang bagaimana menyembuhkan trauma,” ujar produser Tukar Takdir Chand Parwez Servia.“Setiap karakter di film Tukar Takdir membawa luka dan penyesalan yang berbeda.

Namun, mereka merasa bisa mencegah tragedi, atau menanggung “takdir” orang yang seharusnya pergi. Kami ingin menghadirkan sebuah potret emosional tentang beban yang tak terlihat. Namun, di sisi lain juga ingin menghadirkan sebuah harapan di balik setiap duka kehilangan dan bagaimana sebagai manusia kita bisa saling bertahan bersama-sama,” tambah sutradara film Tukar Takdir Mouly Surya.



Film Tukar Takdir sekaligus menjadi kolaborasi terbaru Mouly bersama Marsha Timothy setelah Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) dan kolaborasi Mouly dengan Nicholas setelah Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta (2013). Sementara itu, film ini sekaligus menandai kolaborasi kedua Mouly Surya dan Chand Parwez Servia pada tahun ini setelah Perang Kota.

“Setiap tokoh menyimpan cerita, namun semua terhubung oleh satu kenyataan pahit. Rawa, yang selamat dari tragedi petaka pesawat, bertemu dengan orang-orang yang harus kehilangan orang terdekat dan tercinta di hidup mereka. Penonton akan melihat bagaimana resiliensi yang dimiliki oleh para karakter yang kehilangan orang-orang terdekat mereka,” ujar Nicholas Saputra.

Film Tukar Takdir tayang 2 Oktober 2025 di bioskop.


Video Manifesto 25 Tahun Andien Berkarya Hadirkan Konser Tunggal Suarasmara Selebrasi untuk Legacy Musik Indonesia

 

Selama 25 tahun, Andien telah mengeksplorasi berbagai era musik dari jazz, pop, disko hingga kolaborasi lintas genre

Jakarta, 25 Agustus 2025—Bertepatan dengan hari ulang tahunnya pada 25 Agustus, Andien, salah satu penyanyi berbakat Tanah Air yang kariernya telah membentang sejak 2000 hingga kini, merilis sebuah video manifesto 25 tahun perjalanannya bermusik. Dalam video manifestonya yang disutradarai oleh Shadtoto Prasetio, kisah dimulai ketika Andien berbaring di sofa terapis, merenungkan apa yang membuatnya terus berjuang.

Dari sana, Andien menyelami imajinasinya, membawanya ke serangkaian rintangan, dan bertemu dengan versi-versi berbeda dari dirinya dari berbagai era musiknya.

Dimulai dari era Y2K, jazz, hingga disko. Kembali ke dunia nyata, ia menemukan kejernihan: kecintaannya pada musik dan keteguhan hatinya yang tak tergoyahkanlah yang mendorong perjalanannya. Dibalut dengan gaya avant garde yang menonjolkan pendekatan eksperimental, video manifesto 25 tahun bermusik Andien membawa sentuhan personalnya yang selalu dikenal sebagai salah satu sosok yang paling terdepan dalam mode dan keberaniannya dalam menampilkan eksperimentasi gaya busananya.

Video manifesto tersebut juga memberikan penghormatan pada era-era yang berbeda, yang menyilangkan antara realitas dan dunia surreal, dengan tempo yang dinamis. Memberikan kesan yang penuh energik seperti gerak musik Andien yang terus berevolusi.

“25 tahun adalah perjalanan yang panjang. Penuh dengan tantangan dan dinamika. Video manifesto ini menjadi persembahan bagi saya untuk industri musik Indonesia

yang terus berevolusi dari masa ke masa, dan selalu menemukan bakat-bakat dan bentuk baru setiap era, dan dalam beragam genre. Setiap era musik Indonesia memiliki cerita, dan saya bersyukur bisa berada ada di dalam dan menjadi bagiannya,” ujar Andien tentang video manifesto 25 tahun bermusiknya.

Konser Tunggal Suarasmara

Dalam video manifestonya, Andien juga mengumumkan konser tunggal bertajuk Konser Suarasmara, yang juga akan menjadi penanda 25 tahun bermusik Andien. Konser Suarasmara adalah sebuah tonggak, yang bukan saja menyajikan konser namun juga menjadi perayaan hidup, cinta, dan perjalanan penuh dampak.

“Melalui Konser Suarasmara, saya ingin mengajak pendengar musik saya dan pencinta musik Indonesia untuk merayakan perjalanan 25 tahun saya di industri musik Indonesia. Sebuah perayaan yang juga akan membawa kembali pada era-era musik yang telah saya lalui, dari jazz, pop, hingga disko. Tentunya juga kolaborasi lintas genre dan penghormatan pada masa-masa sebelumnya yang selalu memberikan inspirasi saya untuk terus melangkah,” kata Andien.

Selama 25 tahun, Andien telah mengeksplorasi berbagai era musik dari jazz, pop, disko hingga kolaborasi lintas genre. Konser Suarasmara menjadi panggung monumental yang merangkum evolusi Andien, sebuah persembahan untuk merayakan perjalanan panjang sekaligus membuka babak baru.

Deretan kolaborator, tanggal dan lokasi serta detail Konser Suarasmara akan diumumkan dalam waktu dekat melalui media sosial Andien.

Dalam perjalanan 25 tahun bermusik, Andien telah merilis delapan album penuh studio. Dimulai dari debut Bisikan Hati (2000), album sophomore Kinanti (2002) yang dianggap oleh banyak kalangan sebagai karya visioner dan menjadi pintu masuk bagi banyak karya dan musisi jaz di industri mainstream, serta album populer seperti Gemintang (2005) yang melahirkan hit seperti Milikmu Selalu dan Gemintang.

Pada 2018, Andien juga mencapai tonggak terbarunya lewat album Metamorfosa (2017) yang memenangkan Album Jazz Terbaik Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards. Penghargaan tersebut sekaligus menggenapi perolehan Piala AMI Awards milik Andien sebanyak 9 Piala di berbagai kategori.

Di luar karier musiknya, Andien juga mendedikasikan dirinya pada isu-isu sosial dan lingkungan. Dedikasi ini menginspirasinya untuk mendirikan Andien Aisyah Foundation, sebuah organisasi yang berbakti untuk membawa dampak positif bagi manusia dan bumi.

Film Esok Tanpa Ibu Berkompetisi di Busan Film Festival 2025 juga Memiliki judul internasional Mothernet

 

Dibintangi Dian Sastrowardoyo, Ringgo Agus Rahman, dan Ali Fikry Film Esok Tanpa Ibu memiliki judul internasional Mothernet

Jakarta, 26 Agustus 2025

Film Indonesia berjudul Esok Tanpa Ibu, yang memiliki judul internasional Mothernet, persembahan BASE Entertainment dan Beacon Film terpilih untuk berkompetisi di Busan International Film Festival (BIFF) 2025. Film yang dibintangi Dian Sastrowardoyo, Ringgo Agus Rahman, dan Ali Fikry tersebut akan berkompetisi di program Vision.

Program Vision di BIFF memperkenalkan karya-karya baru dari sinema independen Korea dan Asia sambil menemukan dan mendukung sutradara-sutradara berbakat.

Sebelumnya, program ini merupakan bagian dari ‘Korean Cinema Today – Vision’, yang memainkan peran penting dalam mempromosikan film-film independen Korea,bagian ini kini telah ditetapkan sebagai program independen.

Sebanyak 23 judul film telah terpilih di program Vision BIFF. Dengan rincian 12 film berada di dalam program Vision Korea dan 11 film terpilih ke dalam program Vision Asia. Esok Tanpa Ibu (Mothernet) terpilih dalam program Vision Asia.

Dengan perluasan program ini, penghargaan juga akan diperluas untuk memberikan dukungan yang lebih kuat bagi sutradara dari Korea dan seluruh Asia.

Busan International Film Festival merupakan festival film terbesar di Asia yang selama ini telah menjadi platform bagi para sineas Asia dan dunia untuk menunjukkan karya-karya inovatif dan segar. Tahun ini, menjadi edisi spesial karena menandai 30 tahun festival tersebut berlangsung.

Film Esok Tanpa Ibu (Mothernet) mengikuti kisah Rama (Ali Fikry), remaja keras kepala yang merasa tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa memahaminya. Satu-satunya orang yang ia percaya adalah ibunya, pendukung terbesarnya di masa-masa remaja yang penuh turbulensi. Namun ketika tragedi terjadi dan ia kehilangan ibunya, Rama harus berusaha menjalani hidup seorang diri.

Tepat ketika ia merasa benar-benar sendirian, bantuan datang secara tak terduga: IBU, sebuah program AI ciptaan temannya, yang dirancang untuk menghadirkansosok penuh kasih layaknya ibunya. Di tengah kesulitannya menghadapi ayahnya yang keras, Rama harus belajar apa arti berduka dan melepaskan.

Film ini disutradarai oleh sutradara Malaysia Ho Wi-ding, yang memenangkan Platform Prize di Toronto International Film Festival 2018 melalui film ketiganya. Ia juga pernah memenangkan Best New Director Award di Golden Horse Awards 2010 melalui film panjang debutnya.

Naskah Esok Tanpa Ibu ditulis oleh Gina S. Noer, Diva Apresya, dan Melarissa Sjarief, serta diproduseri oleh Shanty Harmayn, Dian Sastrowardoyo, Tanya Yuson,Aoura Lovenson, dan Winnie Lau. Film ini sekaligus menjadi kolaborasi internasional antar negara yang akan membawa universalitas tentang kisah keluarga dan kerapuhan remaja di tengah perkembangan dunia yang tengah terjadi.

“Busan International Film Festival menjadi platform yang tepat untuk menayangkan pertama kalinya film Esok Tanpa Ibu, sekaligus menjadi perayaan sinema Asia. Film ini turut menjadi kolaborasi sineas di kawasan Asia dengan visi yang mendorong batas-batas kreatif dan pesan mendalam tentang relasi anak remaja dan orangtua,”ujar produser film Esok Tanpa Ibu Shanty Harmayn.

Produser Dian Sastrowardoyo, yang turut memerankan karakter Ibu di film ini, mengungkapkan antusiasmenya. Film ini menjadi proyek yang juga turut diproduksi oleh rumah produksi yang didirikannya, Beacon Film. Terpilihnya Esok Tanpa Ibu akan menjadi babak baru dalam perjalanan rumah produksinya, juga perjalanan awal film ini.

“Saya mengucapkan terima kasih pada Busan International Film Festival yang telah percaya pada film ini, dan semoga bisa memberikan kesegaran pada lanskap sinema Asia. Selain menjadi perjalanan rumah produksi yang saya dirikan, Beacon Film, di film ini juga akan menjadi saksi bagi audiens internasional untuk melihat bakat-bakat yang telah lama mendapat pengakuan maupun bakat baru, termasuk Ali Fikry, yang menurut saya tampil dengan sangat mengesankan,” ujar Dian Sastrowardoyo.

Senin, 25 Agustus 2025

Kembangkan Ekosistem Sinema Asia, JAFF Market Buka Pendaftaran untuk JAFF Future Project dan JAFF Content Market

 Yogyakarta, 26 Agustus 2025 – Perhelatan JAFF Market akan kembali digelar untuk tahun keduanya pada 29 November hingga 1 Desember 2025 di Yogyakarta. Selama tiga hari, JAFF Market 2025 Powered by Amar Bank menghadirkan program-program yang mempertemukan para pelaku industri film mulai dari sutradara, produser, distributor, hingga mitra lintas industri dari berbagai sektor.

Dengan semangat menjembatani potensi sinema Indonesia dengan kolaborasi global, JAFF Market menjadi ruang strategis bagi karya dan kreator regional untuk meraih perhatian dunia. Dalam ekosistem ini, JAFF Future Project dan JAFF Content Market kembali dibuka untuk mendukung pengembangan proyek film Asia Pasifik dan sirkulasi konten Indonesia di tingkat internasional. Para sineas dan pembuat hak kekayaan intelektual (Intellectual Property/IP) orisinal dapat mengirimkan karya mereka melalui aplikasi online pada situs www.jaff-market.com mulai tanggal 1 Agustus hingga 1 September 2025. 

Sebagai bagian dari rangkaian program strategis JAFF Market, JAFF Future Project dan JAFF Content Market memainkan peran kunci untuk bersinergi secara strategis dalam mendorong pertumbuhan industri film Asia. Keduanya tidak hanya menyoroti sisi kreatif, tetapi juga memperkuat jalur distribusi, kemitraan, dan inovasi lintas sektor.

Linda Gozali, JAFF Market Director, menambahkan, “JAFF Market merupakan platform strategis untuk membangun konektivitas jangka panjang antar pelaku industri. Lewat JAFF Future Project dan JAFF Content Market, kami ingin memperkuat posisi Indonesia dan Asia sebagai sumber narasi, inovasi, dan peluang pasar. Bukan sekedar kontennya atau pasarnya, tapi juga strateginya.”

Pada edisi pertamanya di 2024, JAFF Market dengan bangga mendukung sejumlah sineas, studio, produser, dan proyek Indonesia yang berpartisipasi di Cannes. Salah satunya adalah Pangku, film drama coming-of-age berlatar krisis ekonomi Indonesia tahun 1998, yang juga menjadi debut penyutradaraan aktor ternama Indonesia Reza Rahadian. Film ini pertama kali diperkenalkan melalui JAFF Future Project 2024, memenangkan White Light Post-Production Award, dan diputar dalam program “HAF Goes to Cannes” di 2025 Marché du Film sebagai representasi kekuatan cerita sinema Indonesia.

Tak hanya Pangku, tiga proyek IP orisinal dari JAFF Content Market 2024 juga dibawa ke program Spotlight Asia - Asian IP Showcase: Showbox Masterclass & Pitching Session di Marché du Film, menegaskan upaya JAFF Market mendorong kekayaan kisah-kisah dan budaya Indonesia ke panggung dunia.

Pencapaian ini mencerminkan posisi JAFF Market sebagai jembatan antara ide dan realisasi, di mana karya yang lahir dari ruang pengembangan dapat memperoleh eksposur global dan membuka peluang kolaborasi lintas negara. 

Tahun 2025 ini, JAFF Future Project kembali menjalin kemitraan dengan Adelaide Film Festival (AFF) melalui inisiatif “AFF Festival Bridges” yang didukung oleh pemerintah Australia untuk membuka akses internasional lebih luas bagi peserta terpilih melalui peluang kolaborasi dan pitching lintas festival. Program inkubasi proyek film panjang ini membuka pendaftaran dari kawasan Asia Pasifik yang masih dalam tahap In-Development, Pre-Production, atau Work-in-Progress baik fiksi maupun dokumenter. Melalui sesi pitching dan industry networking, JAFF Future Project menjadi batu loncatan bagi sineas emerging untuk membawa proyeknya ke tahap realisasi.

Sementara itu, JAFF Content Market berfokus pada karya IP orisinal yang berpotensi untuk diadaptasi seperti buku, komik, games, lagu, hingga konten digital. JAFF Content Market mendorong pemilik IP orisinal dari Indonesia untuk memperluas jangkauan distribusi dan membuka peluang adaptasi lintas format baik untuk layar lebar, platform digital, hingga potensi franchise.

Gita Fara, Head of Program JAFF Market menyampaikan bahwa JAFF Market memastikan setiap proyek terpilih mendapatkan dukungan yang relevan untuk memperluas jangkauan dan dampaknya. “JAFF Content Market dan JAFF Future Project hadir sebagai akselerator strategis untuk industri perfilman, tidak hanya untuk mempercepat pengembangan karya-karya baru, tetapi juga sebagai platform untuk memperkenalkan bakat-bakat baru dari Indonesia dan Asia secara luas. Melalui inisiatif ini, kami berkomitmen membuka akses kolaborasi, jaringan, dan peluang pendanaan yang mampu mendorong pertumbuhan kreatif sekaligus memperkuat posisi perfilman Indonesia dan Asia di panggung dunia.”

Tahun ini peserta terpilih dari JAFF Future Project dan JAFF Content Market akan mendapatkan akses eksklusif untuk sesi pitching di hadapan buyer, produser, dan decision-makers dari Asia dan global, sesi 1-on-1 dengan mitra potensial, eksposur melalui materi promosi dan publikasi, serta akses penuh ke seluruh rangkaian JAFF Market. 

Jangan lewatkan kesempatan untuk membawa karya Anda ke panggung regional dan internasional melalui JAFF Market 2025. Kunjungi www.jaff-market.com

Film Lintrik Horor bernuansa psikologis dengan kekayaan budaya lokal Banyuwangi

 


Senin, 25 Agustus 2025

Ide awal film Lintrik muncul pada akhir 2022, saat produser Prama Gatra Film, Bu Asye Siregar, diperlihatkan film pendek berjudul Lintrik – Janakim Series oleh pimpinan produksi Hasan Chow. Film pendek tersebut merupakan karya komunitas film asal Banyuwangi yang kemudian diajak bergabung secara resmi dalam pengembangan versi layar lebarnya.

Kolaborasi ini tak hanya melibatkan mereka sebagai tim produksi, tetapi juga sebagai konsultan budaya. “Mereka juga menjadi konsultan ataupun penasehat untuk hal-hal berbau budaya dan sosial yang ditampilkan di dalam film ini termasuk ketika penulisan skenario,” ungkap pihak produksi.

Sutradara Irham Acho Bahtiar, yang dikenal lewat film komedi nasional seperti Epen Cupen the Movie dan Security Ugal-Ugalan, kini menghadirkan sisi lain kemampuannya dalam genre horor. Ini bukan pertama kalinya Irham mengangkat kisah dari daerah, sebelumnya ia juga menyutradarai film berlatar Papua dan Makassar, serta bekerja sama dengan Prama Gatra Film dalam film keluarga Batak Horas Amang.

Meski bergenre horor dan kental dengan nuansa mistis, Yati Surachman yang berperan sebagai dukun mengatakan film Lintrik: Ilmu Pengikat ini tidak hanya untuk hiburan tapi juga memberi pesan moral yang bisa jadi pembelajaran

"Dengan film ini kita harus mengingat kepada Yang Kuasa, yang lebih besar dari apapun cuma Tuhan kan gitu. Jadi jangan bermain api dengan jin-jin atau apapun, ilmu hitam gitu," ungkap Yati Surachman

"Itu memang satu santet yang sangat kuat untuk dipercayai di Banyuwangi. Karena itu benar-benar satu hal yang aku tahu ya, saat itu di Banyuwangi dengan uang 20 ribu aja bisa nyantet orang," pungkas Yati Surachman

Tak hanya menampilkan horor konvensional, Lintrik hadir sebagai film yang membedah sisi emosional manusia lewat cerita cinta, ambisi, dan kekuatan ilmu gaib bernama lintrik.

Ide awal film Lintrik muncul pada akhir 2022, saat produser Prama Gatra Film, Bu Asye Siregar, diperlihatkan film pendek berjudul Lintrik – Janakim Series oleh pimpinan produksi Hasan Chow. Film pendek tersebut merupakan karya komunitas film asal Banyuwangi yang kemudian diajak bergabung secara resmi dalam pengembangan versi layar lebarnya.

Kolaborasi ini tak hanya melibatkan mereka sebagai tim produksi, tetapi juga sebagai konsultan budaya. “Mereka juga menjadi konsultan ataupun penasehat untuk hal-hal berbau budaya dan sosial yang ditampilkan di dalam film ini termasuk ketika penulisan skenario,” ungkap pihak produksi.

Lintrik merupakan ilmu pemikat atau pelet khas Jawa kuno yang berbeda dari pelet biasa. Ilmu ini hanya bisa dilakukan oleh seorang dukun wanita yang telah menjalani ritual tertentu, dan memiliki efek sangat kuat, bahkan mampu menarik korban hingga ke luar negeri meski bersifat sementara.

Sentuhan kepercayaan lokal inilah yang menjadi fondasi cerita Lintrik: Ilmu Pemikat, membuat film ini berbeda dari film horor kebanyakan yang mengandalkan penampakan dan jump scare.

Proses penulisan skenario berlangsung hingga pertengahan 2023, dan dilanjutkan dengan syuting di Jakarta dan Banyuwangi. Pemerintah Daerah Banyuwangi memberikan izin resmi untuk pengambilan gambar, termasuk di tengah perayaan Festival Banyuwangi. Beberapa lokasi wisata seperti hutan De Djawatan, Patung Terakota, pantai, dan pusat kota ikut tampil memperkuat atmosfer lokal film ini.

Tak hanya lokasi, film ini juga melibatkan aktor-aktor asli Banyuwangi. Di antaranya ada Mak Temu Misti, Maestro Tari Gandrung terakhir yang tersisa, serta seniman senior Mas Yon DD. Mereka akan menggunakan bahasa Osing  bahasa daerah asli Banyuwangi  dalam dialog.

Film ini juga dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris lainnya, seperti Donny Damara, Yatti Surachman, Meisya Amira, Karina Icha, Akbar Nasdar, Fannita Posumah, serta aktor muda Teguh Ryder yang dikenal dari berbagai iklan komersial. Teguh memainkan peran Ustad muda yang unik dan berbeda dari gambaran ustad dalam film horor pada umumnya.

Sutradara Irham Acho Bahtiar, yang dikenal lewat film komedi nasional seperti Epen Cupen the Movie dan Security Ugal-Ugalan, kini menghadirkan sisi lain kemampuannya dalam genre horor. Ini bukan pertama kalinya Irham mengangkat kisah dari daerah, sebelumnya ia juga menyutradarai film berlatar Papua dan Makassar, serta bekerja sama dengan Prama Gatra Film dalam film keluarga Batak Horas Amang.

Sutradara Irham Acho Bahtiar menegaskan, Lintrik bukan sekadar sajian hantu dan jump scare. “Kami lebih menekankan sisi thriller dan misteri. Ada darah, ada ketegangan, tapi unsur mistis yang muncul adalah bagian integral dari narasi, bukan alat untuk menakut-nakuti,” tegasnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (23/8).

Proses produksi film ini tidak lepas dari cerita mistis. Syuting yang berlangsung hampir sebulan di Jakarta dan Banyuwangi sempat dihantui gangguan tak terduga. Lokasi ikonik Hutan De Djawatan menjadi titik paling mencekam. Kru mengalami fenomena ganjil: hujan selalu turun tiba-tiba setiap kali kamera siap merekam.

“Dari pagi sampai sore, lebih dari 20-30 kali hujan turun begitu kami bersiap take. Kejadian itu berlangsung tiga hari berturut-turut,” tutur Irham. Kejadian itu memaksa jadwal mundur dan naskah pun harus diubah. Ajaibnya, hujan konon berhenti setelah tim melakukan ritual sederhana yang disarankan warga setempat. “Saya pribadi skeptis, tapi pengalaman ini sungguh nyata,” ujarnya.

Menurutnya, Lintrik tak sekadar horor bertabur teror. Ceritanya mengupas sisi gelap keinginan dan cinta, lewat karakter utama bernama Sari yang ingin meraih mimpi menjadi ibu rumah tangga kaya. Ia nekat menggunakan ilmu lintrik untuk memikat cinta pertamanya yang kini telah beristri. Tindakannya justru menyeretnya ke dalam konspirasi besar yang hanya akan terungkap di akhir cerita.

Film ini menjadikan kekuatan cerita sebagai senjata utama. Setiap adegan menyimpan informasi penting, dan bila penonton melewatkan satu saja, mereka bisa kehilangan potongan penting dari keseluruhan misteri.

Dengan pendekatan cerita, unsur budaya lokal, serta tampilan visual Banyuwangi, Lintrik: Ilmu Pemikat menjanjikan pengalaman horor yang segar dan mendalam.

Dibintangi deretan aktor ternama seperti Donny Damara, Yatti Surachman, Meisya Amira, Karina Icha, dan Akbar Nasdar, film ini menjanjikan akting yang solid.

Produser Asye Siregar menutup dengan pesan mendalam, “Di balik lapisan horor, Lintrik adalah cerminan sosial. Kami ingin penonton sadar bahwa praktik semacam ini masih hidup. Ada pesan kewaspadaan terhadap mereka yang menyalahgunakan kepercayaan dan kedok agama untuk kepentingan pribadi.”

Bagi penggemar horor film ini tayang mulai 11 September 2025 di seluruh bioskop Indonesia.



Sabtu, 23 Agustus 2025

GELAR GALA PREMIERE, FILM ‘LEBIH DARI SELAMANYA’ KISAHKAN DRAMA CINTA YANG MENGANDUNG BAWANG

 


Jakarta, 20 Agustus 2025 – Golden Scene Pictures, Mizan Pictures, dan FMM Studios menggelar gala premiere Lebih dari Selamanya di Epicentrum XXI Jakarta, Rabu (20/8/2025).

Lebih dari Selamanya adalah sebuah film drama keluarga yang mengangkat tema cinta, keikhlasan, dan kesetiaan. Dipersembahkan dengan pendekatan visual yang hangat dan emosional, film ini menawarkan pengalaman yang dekat dengan keseharian banyak pasangan, keluarga, dan generasi masa kini.

Film yang disutradarai M. Amrul Ummami ini didukung oleh jajaran pemeran ternama, mulai dari Donny Alamsyah, Shareefa Daanish, Adinda Thomas, Adzana Ashel, Adhitya Alkatiri,Ladislao Camara Carranza, hingga Cheryl Zaneta.

Lebih dari Selamanya bercerita tentang seorang suami, Salim (Donny Alamsyah), yang ditinggal mati istrinya, Rifa (Shareefa Daanish), setelah 14 tahun berumah tangga. Menjadi duda beranak satu, Salim berjanji tidak akan menikah lagi.

Namun, seiring waktu berjalan, dia bertemu dengan perempuan bernama Mila (Adinda Thomas) yang mampu mengisi ruang kosong di hatinya. Salim pun berada di persimpangan jalan, apakah dia memilih membuka hatinya kembali, atau mengubur mati cintanya bersama sang istri?

“Ceritanya sangat simple, tapi sangat mengena di hati,” ungkap sang produser Ary Ambiary. Sementara itu, Shareefa Daanish yang memerankan seorang istri yang menghantui suaminya setelah wafat berharap agar film Lebih dari Selamanya bisa menjadi kado indah bagi tiap pasangan yang menonton.

“Semoga film ini membuat pasangan yang sudah menikah makin menutrisi rasa cintanya hingga maut memisahkan dan lebih dari selamanya,” ungkap Shareefa Daanish saat konferensi pers..

Tentang Lebih dari Selamanya…

Salim (Donny Alamsyah) telah menghabiskan 14 tahun hidupnya sebagai seorang ayah tunggal, setelah kepergian istrinya, Rifa (Shareefa Daanish), yang ia cintai sepenuh hati. Ia setia memegang janji: tidak akan menikah lagi.

Namun, waktu terus berjalan. Putrinya, Nasya (Adzana Ashel), kini dewasa dan akan segera menjadi ibu. Sementara Salim, yang kian menua, harus menghadapi kesepian dan bayang-bayang kenangan.

Di tengah kesepian itu, hadir Mila (Adinda Thomas), sosok perempuan yang tanpa disadari menghidupkan kembali ruang-ruang kosong di hati Salim karena sikapnya, begitu mengingatkan pada Rifa. Apakah cinta sejati memang hanya untuk satu orang… ataukah hidup selalu memberi ruang untuk harapan baru?

° Produser Eksekutif : Haidar Bagir

° Produser : Ary Ambiary & Muhammad Irfan B.

° Produksi : Golden Scene Pictures, Mizan Pictures & FMM Studios

° Sutradara : M. Amrul Ummami

° Penulis : M. Ali Ghifari

° Genre : Drama, Komedi, Romansa, Fantasi, Keluarga

Pemeran :

° Donny Alamsyah,

° Shareefa Daanish, 

° Adinda Thomas,

° Adzana Ashel, 

° Adhitya Alkatiri,

° Ladislao Camara Carranza, 

° Cheryl Zaneta

Lebih dari Selamanya bisa disaksikan di seluruh bioskop Indonesia mulai 28 Agustus 2025

Jumat, 22 Agustus 2025

Film Pencarian Terakhir, Horor Misteri Berbalut Cerita Keluarga yang Kuat nan Hangat,Saat Donny Alamsyah Mencari Adzana Ashel yang Hilang di Gunung

 


Jakarta, 21 Agustus 2025–Starvision kembali dengan horor pendakian gunung melalui film Pencarian Terakhir

Setelah sukses dengan Petaka Gunung Gede yang meraih blockbuster dengan 3.242.843 penonton pada awal tahun, Starvision membawa horor pendakian gunung lewat Pencarian Terakhir, sebuah horor yang mengangkat mitos di Gunung Sarangan, namun juga berbalut cerita keluarga yang kuat.

7 tahun setelah ibunya hilang di Gunung Sarangan, Drupadi (Adzana Ashel) kembali ke sana bersama kekasih dan teman-temannya untuk trail run. Namun, teror dari Ki Tapa (Egi Fedly), penunggu Gunung Sarangan menyesatkan Dru dan kawan-kawan.

Drupadi dan kawan-kawannya dinyatakan hilang, sehingga ayahnya, Tito (Donny Alamsyah harus menghadapi traumanya dengan kembali melakukan pencarian penuh misteri di Gunung Sarangan!

Diproduseri oleh Chand Parwez Servia dan Mithu Nisar, film Pencarian Terakhir disutradarai oleh Affandi Abdul Rachman. Dibintangi oleh Adzana Ashel, Donny Alamsyah, Artika Sari Devi, Razan Zu, Fatih Unru, Alika Jantinia, Fadi Alaydrus,Dinda Mahira, Moh. Iqbal Sulaiman, Yama Carlos, Alex Abbad, Tesadesrada Ryza,Verdi Solaiman, Ramon Y Tungka, Azkya Mahira, Egi Fedly, Fuad Idris, dan Ruth Marini, film ini akan membawa misteri horor dengan balutan mitos pelanggaran pantangan makan dari orang asing yang membuat penonton merinding.

“Film Pencarian Terakhir adalah horor yang tidak konvensional. Bukan saja menghadirkan ketegangan dan adrenalin, namun juga ada banyak pesan dan kehangatan keluarga yang bisa kita rasakan saat menontonnya. Sesulit apapun kondisi kita, ada keluarga yang menerima dan mencari kita,” kata produser film horor misteri Pencarian Terakhir Chand Parwez Servia.

“Persahabatan dari bapak-bapak di film ini akan membawa kisah yang hangat,sehingga sajian horor yang bukan saja mengandalkan jumpscare, tapi ada cerita keluarga yang kuat,” tambah sutradara Pencarian Terakhir Affandi Abdul Rachman.

Film Pencarian Terakhir sekaligus menjadi film tentang pendakian gunung yang ketiga yang diproduksi Starvision, setelah Sekawan Limo dan Petaka Gunung Gede,yang keduanya sebelumnya sama-sama sukses di box office. Menjadi sekuel dari Pencarian Terakhir (2008), film ini akan menjadi pencerah dari misteri yang belum terungkap dari film pertamanya.

“Cerita ini bukan sekadar misteri horor tentang pencarian di gunung. Film ini juga membawa kisah tentang seorang bapak yang menyiapkan anaknya untuk bisa hidup mandiri di kehidupan masa depan anaknya. Hutan dan gunung di film ini adalah perumpamaan dari tantangan hidup. Ceritanya sangat dalam, ada juga sosok ibu yang pergi berkorban untuk menyelamatkan anaknya, dan ada suami yang pergi ketempat mengerikan di dunia lain untuk mencari istrinya,” kata Donny Alamsyah.

Adzana Ashel, yang sebelumnya juga sukses dengan Petaka Gunung Gede, merasa kini sudah lebih enjoy untuk syuting di pegunungan. Memerankan Drupadi, ia tumbuh dan dibesarkan oleh keluarga yang harmonis. Namun, suatu ketika ayahnya berubah menjadi dingin, dan memaksanya menjadi sosok yang tangguh menghadapi dunia.“Sebelumnya aku merasa beban untuk syuting di gunung, tapi kali ini bisa lebih mandiri,” kata Adzana Ashel.

Artika Sari Devi, yang kembali ke layar lebar sejak enam tahun terakhir,mengungkapkan ia begitu terkesan dengan seluruh jajaran pemeran termasuk para bintang muda di film ini. Artika yang kembali lagi setelah cukup lama vakum mengutarakan film ini menguras mental dan fisiknya.

“Film ini menantang secara mental maupun fisik. Selama syuting film ini, menjadi perjalanan baru bagi saya sebagai ibu. Setelah itu, saya juga berefleksi terhadap suami saya, dan makin sayang. Di sini juga disuguhkan relasi ayah dan anak perempuan, dan membuat saya berefleksi untuk mencari tahu lebih dalam tentang anak saya,” cerita Artika Sari Devi.

Razzan Zu, yang menjadi pasangan Adzana Ashel di film ini dan sebelumnya juga bermain bersama di Petaka Gunung Gede menjelaskan di film ini ia adalah sosok yang penuh tanggung jawab, terlebih dirinya lebih mendahulukan pacarnya,Drupadi, yang diperankan Adzana Ashel.

“Raka adalah karakter yang sangat sayang dengan Drupadi. Dia sosok yang bertanggung jawab dan memiliki empati, dan lebih memikirkan Drupadi dibanding dirinya sendiri. Di sini, saya menunjukkan sisi penuh tanggung jawab dan empati tersebut ke penonton,” ucap Razan Zu.

Sinopsis 

Setelah hilangnya SITA (Artika Sari Devi), di Gunung Sarangan di ulang tahun ke-10 DRUPADI (Adzana Ashel), putrinya, sikap TITO (Donny Alamsyah) menjadi dingin dan membuat Dru sedih. Pacarnya, RAKA (Razan Zu), dan sahabatnya MAYA (Dinda Mahira), JAMAL (Fadi Alaydrus), UCOK (Fatih Unru), dan NURUL (Alika Jantinia)serta sahabat orang tuanya BAGUS (Yama Carlos) dan OJI (Alex Abbad), juga GANCAR (Tesadesrada Ryza) pamannya, adalah penyemangat Dru. Namun semua itu tak cukup, dan di ulang tahunnya ke-17 Dru berangkat ke Gunung Sarangan untuk mencari ibunya.


° Adzana Ashel Sebagai Drupadi

° Donny Alamsyah Sebagai Tito

° Artika Sari Devi Sebagai Sita

° Razan Zu Sebagai Raka

° Fatih Unru Sebagai Ucok

° Alika Jantinia Sebagai Nurul

° Fadi Alaydrus Sebagai Jamal

° Dinda Mahira Sebagai Maya

° Moh Iqbal Sulaiman Sebagai Kang Rochmat

° Yama Carlos Sebagai Bagus

° Alex Abbad Sebagai Oji

° Tesadesrada Ryza Sebagai Gancar

° Verdi Sulaeman Sebagai Kang Bernard

° Ramon Y Tungka Sebagai Hadi

° Azkya Mahira Sebagai Dru Kecil (10 Tahun)

° Andrew Andika Sebagai Norman

° Egi Fedly Sebagai Ki Tapa

° Fuad Idris Sebagai Pak Adang

° Ruth Marini Sebagai Saidah

° Produksi Starvision

° Produser

- Chand Parwez Servia Riza

- Mithu Nisar

° Sutradara :  Affandi Abdul Rachman

° Produser Eksekutif :

- Reza Servia

- Amrit Dido Servia



Tonton film Pencarian Terakhir mulai 28 Agustus 2025 di Bioskop!

Kamis, 21 Agustus 2025

Siapa Dia: Musikal Epik Garin Nugroho, Nicholas Saputra Perankan Empat Karakter Lintas Zaman

 

"Benda-benda membawa cerita... Wajah-wajah menyelami sejarah..."

Jakarta, 21 Agustus 2025 Siapa Dia, film musikal terbaru arahan maestro Garin Nugroho, siap menggelar gala premiere pada 21 Agustus 2025. Hadir di bulan kemerdekaan, film ini menjadi persembahan bagi Indonesia, menelusuri sejarah bangsa melalui sejarah sinema dan budaya pop dari masa kolonial hingga era digital.

Menghadirkan Nicholas Saputra dalam peran paling menantang sepanjang kariernya, Siapa Dia menampilkan aktor peraih dua Piala Citra ini sebagai empat karakter dari empat zaman berbeda, masing-masing dengan kisah cinta, tragedi, dan lagu yang merefleksikan zamannya. Nicholas ditemani oleh Amanda Rawles, Widi Mulia, Ariel Tatum, Monita Tahalea, Happy Salma, Joanna Alexandra, Dira Sugandi, Cindy Nirmala, dan Gisella Anastasia, yang menghidupkan tokoh-tokoh perempuan dari generasi ke generasi.

Film ini merupakan kolaborasi tiga maestro lintas disiplin: Garin Nugroho (sutradara), Faizal Lubis (penata musik sekaligus produser eksekutif), dan Eko Supriyanto (koreografer). Musik, tari, dan sinema berpadu untuk menciptakan pengalaman musikal yang bukan hanya merayakan cinta, tetapi juga perjalanan sejarah bangsa.

Kisah dalam Koper, Cinta dalam Sejarah

Siapa Dia berpusat pada Layar (Nicholas Saputra), seorang sutradara muda yang tengah mencari inspirasi untuk membuat film musikal. Saat pulang ke rumah buyutnya di sebuah kota kecil, Layar menemukan koper berisi surat dan catatan harian cinta dari buyut, kakek, dan ayahnya. Bersama tim kecilnya, Denok (Widi Mulia) dan Rintik (Amanda Rawles), Layar mencoba menghidupkan kisah-kisah cinta tersebut ke layar lebar.

Namun, proses kreatif itu menjelma menjadi perjalanan magis: Layar larut ke dalam kehidupan para leluhurnya, dari era kolonial, masa perebutan kemerdekaan, hingga represi Orde Baru, masing-masing dengan melodrama cinta, nyanyian, dan tarian. Pada akhirnya, sejarah sinema Indonesia menjadi latar bagi untaian kisah cinta lintas generasi, hingga akhirnya Layar menemukan cintanya sendiri di masa kini.

Lintas Zaman dan Lagu

Film ini dibagi menjadi lima babak yang masing-masing menampilkan kisah cinta leluhur Layar dengan nuansa musikal khas zamannya:

° Prolog: Saat Layar menemukan koper berisi surat cinta dari leluhurnya.

° Babak 1 (Masa Kolonial): Buyut Layar jatuh cinta di tengah pertunjukan Lutung Kasarung-film gambar hidup pertama Hindia Belanda. Lagu utama: Nurlela.

° Babak 2 (Masa Pendudukan Jepang): Kakek Layar bersua dengan Mui, pejuang perempuan Tionghoa, dan Maria, anggota Palang Merah. Lagu utama: Kopral Jono.

° Babak 3 (Orde Baru): Ayah Layar merajut kisah cinta dengan Sari, anak jalanan yang menggugat kekuasaan, dan Indah, gadis persewaan komik. Lagu utama: Anak Jalanan.

° Epilog: Layar akhirnya menuntaskan film musikal yang ia impikan.

Setiap babak tidak hanya menuturkan kisah cinta melodrama, tetapi juga merekam denyut sejarah sinema Indonesia: dari komedi Stamboel dan gambar hidup kolonial, propaganda Jepang, sinema Orde Baru yang terhimpit sensor, hingga era digital hari ini.

Pertemuan antara Budaya Pop dan Sejarah

Sebagai ikon budaya pop Indonesia, Nicholas Saputra di film ini sekaligus menelusuri jejak budaya pop dari masa ke masa, mulai dari poster lukis, komedi stamboel, persewaan komik, hingga majalah-majalah yang kini punah. Lapisan meta ini menjadikan Siapa Dia tidak hanya sebuah film musikal yang menghibur, tetapi juga refleksi perjalanan dan artefak budaya populer Indonesia.

"Siapa Dia adalah sebuah kado kemerdekaan untuk Indonesia. Lewat surat-surat cinta yang melintasi generasi, saya ingin menghadirkan sejarah bangsa ini bukan hanya lewat peristiwa politik, tetapi lewat denyut melodrama, musik, dan tarian. Karena sejarah bukan hanya catatan, tapi juga perasaan," ujar Garin Nugroho.

Nicholas Saputra menambahkan, "Berperan sebagai empat karakter dari empat zaman berbeda adalah tantangan luar biasa. Saya merasa bukan hanya bermain peran, tetapi juga menelusuri perjalanan sejarah sinema dan budaya pop kita sendiri."

Gala Premiere 21 Agustus 2025

Dengan perpaduan sinema, musik, dan tari, Siapa Dia adalah sebuah pengalaman musikal tentang cinta dan sejarah yang belum pernah ada di layar lebar Indonesia. Saksikan gala premiere pada 21 Agustus 2025, dan nantikan penayangannya segera di bioskop seluruh Indonesia.


Rabu, 20 Agustus 2025

Trailer dan Poster Resmi Perempuan Pembawa Sial Resmi Dirilis, Angkat Mitos Bahu Laweyan: Kutukan Perempuan Yang Sudah Menikah


Trailer resmi Perempuan Pembawa Sial memperlihatkan sosok Mirah (Raihaanun) yang harus menanggung kutukan Bahu Laweyan. Kehidupannya dihantui oleh masa lalu dan ia dianggap membawa sial oleh masyarakat sekitarnya. Bahkan, suaminya dibunuh dengan tragis setelah menyaksikan penampakan menyeramkan: delman dengan kusir tanpa kepala dan kain laweyan yang menari di kegelapan malam. Melalui narasi menegangkan tersebut, film ini tak hanya menghadirkan horor mencekam, namun juga menggali kearifan lokal dan mitos Indonesia yang jarang diangkat di layar lebar.

Sutradara Fajar Nugros menyampaikan kesannya kembali membuat film horror setelah Inang (2022). "Ketika membuat Perempuan Pembawa Sial, saya ingin membentuk pengalaman menonton yang mencekam sekaligus membawa budaya tradisional Indonesia kepada penonton modern. Indonesia memiliki banyak sekali mitos dan cerita rakyat yang unik dan patut untuk diperkenalkan ke masyarakat modern, saya harap Perempuan Pembawa Sial dapat memberikan pengalaman menonton yang tidak hanya mencekam, namun otentik dan Indonesia sekali."



Sang eksekutif produser, Winston Utomo menambahkan bahwa Perempuan Pembawa Sial menghadirkan horor yang berbeda karena berakar dari budaya Indonesia. "Bahu Laweyan adalah mitos yang unik, jarang sekali terdengar, tetapi menyimpan filosofi yang dalam. Kami ingin memperlihatkan bagaimana budaya ini bisa menjadi sarana untuk menghadirkan horor yang otentik sekaligus relevan bagi penonton masa kini."

Sementara itu, pemeran utama Raihaanun mengungkapkan tantangan saat memerankan Mirah yang penuh penderitaan dan stigma. "Mirah adalah sosok perempuan yang berjuang melawan cap buruk dari masyarakat, sesuatu yang terasa sangat dekat dengan kenyataan. Membawakan peran ini membuat saya belajar memahami bagaimana perempuan sering kali menjadi korban dari label yang tidak adil."

Dengan catatan sosial yang tajam, dibungkus dalam kengerian mitos kuno bahu laweyan, Perempuan Pembawa Sial menjanjikan pengalaman menonton yang berbeda: sebuah perjalanan menembus batas ketakutan dan prasangka.

Apakah kutukan Bahu Laweyan hanya sekadar cerita rakyat? Atau justru ia sedang menunggu untuk kembali menelan korban berikutnya? Segera dalam film Perempuan Pembawa Sial, tayang di bioskop Indonesia mulai 18 September 2025.

+++

PRODUCTION NOTES PEREMPUAN PEMBAWA SIAL

Perempuan Pembawa Sial

(The Queen Of Witchcraft) 

Director : Fajar Nugros

Producer : Susanti Dewi

Scriptwriters : Fajar Nugros, Husein M. Atmodjo

Executive Producers : Winston Utomo, William Utomo

Casting Directors : Team IDN Pictures, Ibnu Widodo ACI

Director Of Photography : Wendy Aga




Selasa, 19 Agustus 2025

Film Pangku Berkompetisi di Busan International Film Festival 2025 Jadi Langkah Penting Penyutradaraan Reza Rahadian

 


Jakarta, 19 Agustus 2025 Film Pangku, debut penyutradaraan Reza Rahadian terpilih dan berkompetisi dalam Busan International Film Festival (BIFF) 2025. Film Pangku akan diputar dan berkompetisi di program Vision, sebuah program yang mengkurasi film-film independen inovatif terbaik dari Korea dan Asia, memberikan gambaran tentang masa depan sinema Korea dan Asia.

Busan International Film Festival merupakan festival film terbesar di Asia yang selama ini telah menjadi platform bagi para sineas Asia dan dunia untuk menunjukkan karya-karya inovatif dan segar. Terpilihnya Pangku sebagai official selection BIFF 2025 dan berkompetisi di program Vision juga menjadi spesial karena tahun ini BIFF menandai edisi ke-30 tahun perjalanan festivalnya.

BIFF 2025 sekaligus menjadi ajang world premiere (pemutaran perdana) film Pangku. Momen ini tentu menjadi langkah penting bagi perjalanan film Reza Rahadian yang tahun ini memasuki dua dekade. Terpilihnya Pangku untuk ditayangkan di BIFF 2025 membuktikan kepiawaian artistik Reza, tidak hanya sebagai salah satu aktor terbaik yang dimiliki Indonesia, tapi juga sebagai sutradara film panjang yang langkahnya baru saja dimulai.

"Merasa terhormat dan dengan penuh rendah hati saya mengucapkan terima kasih kepada BIFF 2025. BIFF tentu bukan festival yang asing bagi saya, karena dua film yang saya perankan juga telah diputar di festival tersebut. Kali ini, saya kembali dengan film yang saya sutradarai. Semoga karya ini diterima dengan baik oleh komunitas film, bisa menjadi refleksi bagi audiens global dan memiliki resonansi dengan perjuangan karakter di filmnya," kata sutradara film Pangku, Reza Rahadian.

Film Pangku diproduksi oleh Gambar Gerak, rumah produksi yang didirikan Reza Rahadian dan Arya Ibrahim, yang juga menjadi produser di film ini. Arya memproduseri film Pangku bersama Gita Fara. Film ini juga dibintangi oleh Claresta Taufan, Christine Hakim, Fedi Nuril, Devano Danendra, dan bintang muda Shakeel Fauzi.

Pangku sebelumnya telah melalui berbagai tahap pengembangan dan mendapat penghargaan. Dimulai dari penghargaan White Light Post-Production Award di JAFF Future Project (JFP) 2024, lolos seleksi untuk dipresentasikan dalam Hong Kong - Asia Film Financing Forum ke-23 (HAF23), dan terpilih menjadi salah satu dari lima proyek film yang Pangku sebelumnya telah melalui berbagai tahap pengembangan dan mendapat penghargaan. Dimulai dari penghargaan White Light Post-Production Award di JAFF Future Project (JFP) 2024, lolos seleksi untuk dipresentasikan dalam Hong Kong - Asia Film Financing Forum ke-23 (HAF23), dan terpilih menjadi salah satu dari lima proyek film yang

Viu dan MAXStream Studios Telkomsel Perkuat Kemitraan Strategis melalui Peluncuran Rintik Terakhir, Memantapkan Kepemimpinan Konten Streaming Indonesia

 

Viu dan MAXStream Studios memperkuat kolaborasi mereka melalui perilisan Rintik Terakhir, sekuel yang telah lama dinantikan dari drama populer Aku Tak Membenci Hujan.

PCCW (SEHK:0008) INDONESIA, 19 Agustus 2025 Viu, platform OTT video streaming pan-regional terkemuka milik PCCW yang tersedia di Asia, Timur Tengah, dan Afrika, bersama MAXStream Studios-divisi konten orisinal dari Telkomsel, penyedia layanan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia-hari ini mengumumkan penayangan perdana Rintik Terakhir pada 20 Agustus 2025. 

Sekuel yang sangat dinanti dari drama Aku Tak Membenci Hujan ini menjadi judul perdana dari empat serial drama hasil kerja sama produksi di bawah label baru "Viu | MAXStream Originals".

Kolaborasi ini pertama kali diumumkan pada 24 Juni 2025 dalam Welcome Reception yang digelar Telkomsel pada ajang Asia-Pacific Video & OTT Summit (APOS) 2025, di mana Viu dan Telkomsel memaparkan rencana untuk memproduksi empat serial drama Indonesia "Viu | MAXStream Originals". Rintik Terakhir menjadi rilis perdana dari kemitraan ini, yang akan tayang serentak di Viu-menjangkau penonton di 16 pasar-serta di MAXStream dan IndiHome TV. Kolaborasi ini memperluas jangkauan cerita lokal sekaligus menampilkan talenta kreatif Indonesia di panggung global.

"Dengan Rintik Terakhir, kami tidak hanya melanjutkan kisah yang dicintai banyak penonton, tetapi juga menetapkan standar untuk rangkaian konten strategis yang mengangkat narasi Indonesia bagi audiens global," ujar Avijit Dutta, Country Manager Viu Indonesia. "Kolaborasi kami dengan MAXStream memungkinkan penggabungan wawasan lokal yang mendalam dengan jaringan distribusi yang kuat, memastikan cerita kami relevan bagi penonton sekaligus memberikan dampak bisnis yang terukur."

"Telkomsel melalui MAXStream Studios bangga dapat berkolaborasi dengan Viu menghadirkan Rintik Terakhir, kisah yang merefleksikan keteguhan cinta di tengah pergulatan pribadi. Kemitraan ini menjadi perwujudan misi kami dalam menghadirkan hiburan berkualitas tinggi dan relevan yang dekat dengan hati audiens masa kini. Sebagai bagian dari komitmen Telkomsel untuk memperkaya gaya hidup digital masyarakat Indonesia, kami percaya serial ini tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga pengalaman emosional yang mendalam bagi penonton, sekaligus membuka jalur kolaborasi yang lebih luas bagi sineas dan talenta kreatif Indonesia untuk bersaing di panggung global," ujar Lesley Simpson, Vice President Digital Lifestyle Telkomsel.

Rintik Terakhir melanjutkan perjalanan Karang (Jeff Smith) dan Launa (Aisyah Aqilla) sekaligus memperkenalkan lapisan emosi dan kedalaman psikologis yang baru. Drama ini mengikuti kisah cinta yang diuji oleh trauma, identitas yang retak, dan bayangan masa lalu. Ketika Karang terbangun sebagai Arutala, seorang remaja tuna rungu yang lahir dari trauma mendalam, Launa berjuang untuk menjangkau pria yang pernah ia cintai, hanya untuk terseret ke dalam dunia rahasia, rasa bersalah, dan sosok misterius dari masa lalu.

Alur cerita ini memadukan romansa, trauma, dan identitas, menghadirkan daya tarik bagi penggemar setia drama sebelumnya maupun penonton baru yang mencari cerita cerita lokal berkualitas.

Kolaborasi Andalan untuk Mengakselerasi Pertumbuhan Audiens

Melalui delapan episode yang sarat emosi, Rintik Terakhir melanjutkan perjalanan Karang (Jeff Smith) dan Launa (Aisyah Aqilla) sekaligus memperkenalkan lapisan emosi dan kedalaman psikologis yang baru. Alur cerita memadukan romansa, trauma, dan identitas, menghadirkan daya tarik bagi penggemar setia drama sebelumnya maupun penonton baru yang mencari cerita lokal berkualitas.

Penayangan memanfaatkan eksklusivitas ganda di Viu dan MAXStream, didukung distribusi dan pemasaran terintegrasi melalui paket berlangganan bundel MyTelkomsel, sehingga memungkinkan akses lintas perangkat yang lancar dan memaksimalkan jangkauan audiens.

Memperkuat Posisi Indonesia dalam Ekspor Konten Regional

Melalui peluncuran Rintik Terakhir sebagai judul perdana "Viu | MAXStream Originals", kedua perusahaan menargetkan untuk: Memperluas peran Indonesia sebagai pusat produksi konten di Asia Tenggara.

Menghadirkan Intellectual Property (IP) lokal berkualitas tinggi dengan potensi distribusi internasional.

Penonton dapat menyaksikan Rintik Terakhir melalui aplikasi Viu dan MAXStream yang tersedia di App Store, Google Play, beberapa smart TV, atau mengunjungi www.viu.com dan www.maxstream.tv. Paket berlangganan bundle tersedia melalui MyTelkomsel

Teror Gaib Jin yang Jatuh Cinta dengan Manusia dalam Official Trailer dan Poster Film Horor Maryam: Janji & Jiwa Yang Terikat Claresta Taufan Tampil Beda dan Menyeramkan!

 

Jakarta, 19 Agustus 2025-26 tahun, Maryam hidup dalam belenggu teror. Sosok tak kasat mata mengikatnya dengan janji kelam, mengikuti setiap langkahnya, membisikkan kata-kata yang hanya bisa ia dengar. Semakin ia mencoba lepas, semakin kuat belenggu itu menjerat, hingga Maryam tak tahu lagi, apakah ia hidup atau sekadar menjadi milik sosok tersebut selamanya.

Penampilan menyeramkan sekaligus berbeda ditampilkan aktris Claresta Taufan saat memerankan Maryam, dalam film horor terbaru persembahan VMS Studio yang bekerja sama dengan Legacy Pictures dan Mandela Pictures, Maryam: Janji & Jiwa Yang Terikat.

Dalam official trailer, Claresta Taufan berhasil menampilkan karakter Maryam dengan dinamika emosi dan pergulatan batin yang membuat penonton merinding. Melihat Maryam linglung karena dicintai oleh sosok jin terkuat, membuat hidup Maryam berada dalam ambang waras.

Sementara itu, official poster film Maryam menjadi representasi dari sebuah cinta yang tak kasat mata antara manusia dan jin yang paling kuat. Memberikan sisi kengerian dan misteri, serta sebuah bentuk yang berbeda dari genre horor Indonesia.

Terinspirasi dari podcast viral Lentera Malam, film Maryam: Janji & Jiwa Yang Terikat disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis, dari naskah yang ditulis oleh Lele Laila. Film yang diproduseri Tony Ramesh dan produser eksekutif Shalu T.M.

Film Maryam dibintangi 

° Claresta Taufan 

° Wafda Saifan,

° Debo Andryos,

° Maryam Supraba,

° Rukman Rosadi,

° Shaqueena Medina,

° Ayu Dyah Pasha, dan 

° Rahmet Ababil.

"Ini adalah pengalaman paling horor aku dalam memerankan karakter. Aku sempat bertemu dengan Maryam asli dan mendengarkan kesaksiannya bagaimana ia menghadapi teror dari sosok yang mencintainya. Aku bener-bener harus sangat berhati-hati. Saat syuting, ada pantangan yang diterapkan, enggak boleh panggil namanya tiga kali," cerita Claresta Taufan yang memerankan Maryam.

"Cerita ini adalah bagian dari hidup saya dan saya ingin orang tahu, bukan untuk menakuti, tapi untuk memahami. Terima kasih untuk semua yang sudah mengangkat kisah ini, termasuk Claresta yang memerankan saya," ujar Maryam, sosok asli yang mendapat teror dari jin yang jatuh cinta padanya.

Film ini sekaligus menjadi kolaborasi kedua bagi Kinoi dan Lele Laila, dua kreator yang selalu sukses dengan karya-karya horornya. Kinoi menerjemahkan naskah yang ditulis Lele dengan pendekatan yang mendorong batas-batas kreatif untuk menciptakan bentuk horor penuh teror yang berbeda.

"Dalam setiap menggarap horor, saya selalu berusaha untuk menampilkan pendekatan yang berbeda dan selalu memberikan elemen baru. Dari naskah yang ditulis Lele, dengan kisah yang dialami Maryam dan kekuatan dari Claresta dan seluruh jajaran pemain, akan membuat Maryam sebagai horor yang atmosferik dan ketegangan yang lebih intens dan tak terlupakan," ujar sutradara Azhar Kinoi Lubis.

"Kualitas akting dan pendekatan baru dari Claresta Taufan dan Wafda Saifan bisa menjadi wajah baru horor Indonesia. Film ini tidak hanya menawarkan ketegangan, tetapi juga kedalaman emosi dan spiritualitas," tambah produser Tony Ramesh.

Film Maryam: Janji & Jiwa Yang Terikat akan menyajikan kisah teror gaib dari jin yang jatuh cinta terhadap manusia. Cinta gaib yang menjadi kutukan emosional dan psikologis, yang bukan hanya sekadar menampilkan horor secara visual.

Tonton film horor Maryam: Janji & Jiwa Yang Terikat pada 18 September 2025 di di bioskop Indonesia! 



Senin, 18 Agustus 2025

Hari Ketiga BRI The BFF Festival 2025: Dari Perayaan Kemerdekaan hingga Musik Barasuara, Festival Ditutup dengan Meriah

 

Edukasi, kolaborasi, dan hiburan berpadu di hari terakhir BRI The BFF Festival 2025, menutup tiga hari festival dengan meriah.

Jakarta, 17 Agustus 2025 – Tepat di Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80, BRI The BFF(Beauty, Fashion, Fragrance) Festival 2025 menutup rangkaian acaranya dengan penuh makna. Hari ketiga dipenuhi dengan semangat nasionalisme, talkshow inspiratif, edukasi kecantikan dan fashion, hingga hiburan musik yang menggetarkan panggung.

Opening Ceremony “From Indonesia, with Love

Hari dimulai dengan perayaan HUT RI ke-80, diawali menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama seluruh pengunjung dipandu oleh Hilary Pattikawa. Acara berlanjut dengan trunkshow karya terbaru dari Oemah Etnik, Bocorocco, dan Tulola, dipadukan dengan riasan dari Wardah dan Make Over. Klip “Wonderland Indonesia” turut ditampilkan, menegaskan nuansa kebanggaan akan budaya dan identitas lokal.

Talkshow “Beyond the Label: Building Brands with Meaning” bersama Salman Subakat

Dalam sesi yang dimoderatori Desy Bachir, Salman Subakat (Co-Founder Paragon Corp)membagikan perjalanan Paragon sejak 1985 dan lahirnya Wardah pada 1995. Ia menekankan pentingnya inklusivitas dalam membangun brand. “Perusahaan besar bukan hanya soal produk, tapi soal value dan people di baliknya. Visi jangka panjang dan konsistensi adalah kunci untuk bertahan hingga puluhan tahun,” ungkapnya.

“Glow in the Right Shades: Quick Personal Test to Uncover Your Perfect Palette Bersama Jilly”

Jilly sebagai Colour Analyst dan MUA, kembali hadir dengan sesi praktis personal color analysis. Peserta diajak mencoba langsung menentukan undertone dan palet warna terbaik. “80% first impression ditentukan oleh warna wajah. Dengan palet personal, kita bisa tampil lebih harmonis dan percaya diri,” jelasnya.

Talkshow “Glow Up at Every Age: Skincare for 20’s, 30’s, and 40’s” bersama dr. Arini Widodo

dr. Arini Widodo bersama kliennya, Junisa Aditya dan Novita Imelda, membahas tantangan kulit di berbagai usia. Dari jerawat di usia 20-an hingga penuaan di usia 40-an, Arini menekankan pentingnya pendekatan personal. “Skincare itu bukan hanya soal produk, tapi juga lifestyle dan kebiasaan sehari-hari. Basic skincare tetap jadi fondasi utama,” ujarnya.

 Talkshow “How Women Entrepreneurs Navigate Declining Consumer Spending Power” bersama HIPMI Jaya Women Preneur

Sesi ini menghadirkan Tiara Adikusumah (Polka Cosmetic), Dania W. Utami (Adreena by DWU), dan Hana Mitra (TINAMITRA). Mereka berbagi strategi menghadapi penurunan daya beli. “Tidak ada yang instan. Semua harus konsisten dan membangun ekosistem yang saling support,” ujar Tiara. Hana menambahkan, “UMKM harus membuktikan bisa lebih dari sekadar bertahan, tapi juga berinovasi.”

Talkshow “From Fast to Forever: Rethinking The Way We Dress in The World That Needs Change” bersama Dino Augusto

Fashion Educator, Dino Augusto membahas dampak fast fashion dan urgensi sustainable fashion. “Kita bisa tampil keren tanpa harus menambah sampah tekstil. Beli barang bagus, pakai dalam jangka panjang, itu bentuk perubahan kecil yang berdampak besar,” jelasnya.

 BRI Lelang – iPhone 16 Pro Max

Antusiasme pengunjung memuncak dalam BRI Lelang, di mana pemenang berhasil membawa pulang iPhone 16 Pro Max dengan tabungan tertinggi mencapai Rp455 juta.

Sebagai penutup, Barasuara menghadirkan energi penuh lewat penampilan musik yang memukau. Ribuan penonton bergoyang bersama, menutup tiga hari festival dengan penuh semangat dan kebersamaan.

Hari ketiga sekaligus penutup BRI The BFF Festival 2025 menghadirkan semangat kebangsaan, edukasi lintas generasi, hingga hiburan yang memikat. Selama tiga hari,festival ini telah mempertemukan ratusan brand lokal, menghadirkan puluhan sesi inspiratif, dan menghibur ribuan pengunjung. BRI The BFF Festival menegaskan perannya sebagai panggung utama industri kecantikan, fashion, dan fragrance Indonesia.



Raditya Dika Adakan Tur Pertunjukan Stand up Comedy “Cerita Anehku”, Keliling 6 Kota Besar di Luar Jakarta

  Penjualan tiket akan dibuka mulai 28 November 2025 Pukul 14.00 WIB untuk 7 Tanggal Show di Bali, Pontianak, Bandung, Surabaya, Samarinda d...