Jumat, 21 November 2025

Amar Bank Soroti Peluang Pembiayaan Digital untuk Industri Film

 

Jakarta, 21 November 2025 – Momentum akselerasi digital kini ikut mengubah cara kerja dunia perfilman Indonesia. Dari proses produksi, promosi, hingga pengelolaan dana, semuanya kini bergerak lebih cepat dan transparan berkat dukungan teknologi. Industri film pun tumbuh jadi bagian penting dari ekonomi kreatif dan membuka peluang baru bagi banyak pelaku UMKM di dalamnya. Geliat ini juga mendorong kolaborasi dengan sektor finansial digital untuk membawa ekonomi kreatif Indonesia naik kelas. 

Lewat dukungannya sebagai sponsor utama di JAFF Market 2025, Amar Bank melihat dua peluang besar di perfilman nasional yang bisa berkembang lebih jauh lewat kolaborasi dengan sektor finansial digital. Dengan sinergi yang tepat, dunia film Indonesia bisa makin luas jangkauannya, lebih efisien dalam prosesnya, dan makin kuat bersaing di pasar global.

Produksi film bersama makin populer.

Tren co-production kini makin marak di industri film Indonesia. Banyak rumah produksi menggandeng mitra lokal maupun internasional demi memperluas pasar dan memperkuat daya saing. Sepanjang 2025, delapan dari sepuluh film terlaris di Indonesia lahir dari kolaborasi lintas studio, seperti Jumbo, Sore: Istri dari Masa Depan, dan Qodrat 2, bukti co-production jadi cara sukses baru di perfilman Tanah Air. Contoh lainnya adalah Rangga dan Cinta, hasil kolaborasi Miles Film, Barunson E&A (Korea Selatan), dan Imajinari Productions. 

Kolaborasi produksi membuka peluang menarik bagi perbankan. Dengan menyediakan pembiayaan fleksibel dan risiko yang lebih terukur, bank digital bisa mendukung kualitas film tetap terjaga sekaligus menghadirkan solusi finansial yang mempermudah pengelolaan keuangan sepanjang proses pembuatan film.

“Amar Bank ingin menghadirkan solusi yang memudahkan rumah produksi dalam mengelola keuangan bersama mitra co-production mereka. Ini bukan hanya soal pendanaan, tetapi juga tentang membangun sistem pengelolaan keuangan yang transparan dan kolaboratif, yang memungkinkan para pembuat film, produser, dan investor bekerja sama dengan tingkat kepercayaan dan efisiensi yang lebih tinggi,” ujar Josua Sloane, SVP MSME, Amar Bank.

Sumber pendanaan film makin beragam

Pendanaan film di Indonesia juga semakin beragam mulai dari investor swasta, crowdfunding, sponsor dari brand, hingga program hibah pemerintah yang membuka peluang lebih luas bagi sineas lokal. Namun, peluang besar ini juga menuntut pengelolaan yang lebih profesional. Produser tidak hanya fokus pada sisi kreatif, tapi juga harus memastikan keuangan dan distribusi dikelola dengan efisien dan transparan.

Permasalahan pendanaan masih menjadi tantangan besar bagi industri film. Proses meyakinkan investor sering memakan waktu, sementara dana yang terkumpul kerap belum cukup menutup seluruh kebutuhan produksi. Ketidakpastian pengembalian investasi juga membuat akses pendanaan semakin terbatas, padahal di tahap pra-produksi saja biaya seperti lokasi, peralatan, kostum, dan kru sudah harus disiapkan. 

Sementara pendanaan adalah mekanisme terbaik bagi para pembuat film untuk bisa lebih ekspresif dalam membuat film dengan cerita yang lebih menarik termasuk membuka peluang besar bagi pembuat film debutan untuk menunjukkan kemampuannya bertumbuh dalam industri film Indonesia, bahkan global.

Gita Fara, Produser film Pangku menegaskan hal tersebut tentang pentingnya portofolio keuangan yang sehat dan terkelola baik yang dapat membuka akses terhadap pembiayaan lebih luas. “Kami melihat potensi besar jika bank digital bisa hadir lebih dekat dengan dunia film. Banyak produser masih menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan di tahap produksi, sehingga akses pendanaan dari investor menjadi lebih terbatas. Padahal, dengan dukungan teknologi finansial yang tepat, proses pendanaan dan pelaporan bisa jauh lebih cepat dan transparan.” jelasnya

Film Pangku, yang saat ini tengah tayang di bioskop, sebelumnya berhasil meraih penghargaan White Light Post-Production Awards di JAFF Market 2024 dan juga memenangkan HAF Goes to Cannes Program, yang membawanya ke Festival Film Cannes 2025.



Amar Bank siap Mendukung industri kreatif

Menjawab peluang tersebut, Amar Bank melihat bahwa peran bank digital dapat berkembang lebih jauh dari sekadar penyedia pendanaan. Bank digital dapat menjadi mitra strategis bagi para sineas dalam mengelola keuangan secara lebih cerdas dan terukur. 

Pendekatan ini berangkat dari kesadaran bahwa industri kreatif, termasuk film, memiliki dinamika dan kebutuhan finansial yang unik dan belum sepenuhnya terpenuhi. Setiap tahap pembuatan film, seperti produksi, distribusi, dan pemasaran, memerlukan perencanaan keuangan yang cermat.

“Kolaborasi antara bank digital dan industri kreatif menegaskan bahwa masa depan ekonomi kreatif tidak hanya ditentukan oleh ide besar, tetapi juga oleh infrastruktur digital yang mampu memperkuat ekosistemnya. Di sinilah peran Amar Bank yang berfokus pada UMKM menjadi relevan, melalui solusi perbankan yang dapat membantu sineas mengelola keuangan secara efisien dari pencatatan transaksi hingga pengaturan arus kas agar mereka dapat membangun portofolio keuangan yang solid dan berbasis data, yang pada akhirnya memperkuat analisis risiko, strategi mitigasi, serta kepercayaan investor terhadap potensi proyek film yang dijalankan,” tutup Josua.

Amar Bank melihat tantangan di industri kreatif sebagai peluang untuk tumbuh bersama para pelakunya. Dengan pendekatan digital yang mudah dan fleksibel, Amar Bank membantu para pelaku usaha kreatif, termasuk industri film untuk mendapatkan akses pendanaan yang sesuai dengan kebutuhan mereka hingga Rp 5 Miliar. Dukungan ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak ide, inovasi, dan karya lahir dari ekosistem kreatif Indonesia.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amar Bank Soroti Peluang Pembiayaan Digital untuk Industri Film

  Jakarta, 21 November 2025 – Momentum akselerasi digital kini ikut mengubah cara kerja dunia perfilman Indonesia. Dari proses produksi, pro...